Jangan
Merasa Paling Benar atau Paling Suci. ALLAH SUBHANAHU WA TAALA melarang kita begitu:
“…Janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”
(An Najm 32)
Mengapa
Iblis yang dulu begitu mulia dan rajin bertasbih dan beribadah kepada ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA di syurga dengan para malaikat
akhirnya diusir ALLAH SUBHANAHU WA TAALA
dari syurga dan dikutuk selama-lamanya? Kerana Iblis itu sombong:
“ALLAH
berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi
kamu sujud kepada yang telahKu ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih)
tinggi?” Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, kerana Engkau ciptakan aku
dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” ALLAH berfirman : “Maka
keluarlah kamu dari syurga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya
kutukkanKu tetap atasmu sampai hari pembalasan.”
(Shaad 75-78)
Iblis
merasa paling baik dan menganggap Nabi Adam lebih rendah darinya.
Kita
juga dilarang memecah-belah agama di mana kita bangga akan kelompok kita dan
menghina yang lain :
“Iaitu orang-orang yang
memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”
(Ar Ruum : 32)
Jangan
sampai kita merasa paling benar, paling lurus sehingga menganggap Muslim lain
sebagai sesat, kafir, musyrik, dan sebagainya. Jika sudah begitu, itu tidak
benar:
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WASSALLAM bersabda yang bermaksud :
“Sesungguhnya yang paling aku kuatirkan
atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al Qurân, sehingga
ketika telah nampak kebagusannya terhadap al Qurân dan dia menjadi pembela
Islam, dia terlepas dari al Qurân, membuangnya di belakang punggungnya, dan
menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik.” Aku (Hudzaifah)
bertanya, “Wahai nabi ALLÂH, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik,
penuduh atau yang dituduh?” Beliau menjawab, “Penuduhnya.”
(HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân
dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WASSALLAM bersabda yang bermaksud :
Sesungguhnya di antara umatku ada
orang-orang yang membaca al Quran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka.
Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar
dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku
mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad.
(Shahih Muslim No.1762)
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WASSALLAM bersabda yang bermaksud :
“Akan keluar dari umatku beberapa
kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka fasih membaca al Quran, namun
tidak sampai ke tenggorokan mereka.”
(HR. Ahmad dan lainnya)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
Ada sebahagian kelompok yang begitu mudah mengkafirkan dan membunuh sesama Muslim. Padahal itu tidak boleh :
Ucapan salam di medan perang sudah cukup untuk mencegah seseorang untuk tidak dibunuh :
“Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu pergi (berperang) di jalan ALLAH, maka telitilah dan janganlah
kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau
mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya),
dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, kerana di sisi ALLAH ada
harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu (dulu juga kafir), lalu ALLAH
menganugerahkan nikmatNya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya ALLAH Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(An Nisaa’ 94)
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WASSALLAM bersabda yang bermaksud :
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” kerana suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam kerana sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak ALLAH mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat diubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir.
(HR. Abu Daud)
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WASSALLAM bersabda yang bermaksud :
Jangan mengkafirkan orang yang solat kerana perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Solatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa.
(HR. Ath-Thabrani)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/08/11/ciri-ciri-pengikut-dajjal/
Baca
selengkapnya di:
http://media-islam.or.id/2009/07/16/bahaya-taqlid-membebek-dan-fanatisme-golongan-ashobiyyah/
Baca
selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2007/11/20/janganlah-sombong/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan