Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam. Selawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Berikut adalah keutamaan-keutamaan
zikir yang disarikan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya Al
Wabilush Shoyyib. Semoga boleh menjadi penyemangat bagi kita untuk
menjaga lisan ini untuk terus berzikir, mengingat Allah swt daripada melakukan
hal yang tiada guna.
(1) Mengusir syaitan.
(2) Mendatangkan redha Ar Rahman.
(3) Menghilangkan gelisah dan hati yang
gundah gulana.
(4) Hati menjadi gembira dan lapang.
(5) Menguatkan hati dan badan.
(6) Menerangi hati dan wajah menjadi bersinar.
(7) Mendatangkan rezeki.
(8) Orang yang berzikir akan merasakan
manisnya iman dan keceriaan.
(9) Mendatangkan cinta Ar Rahman yang
merupakan ruh Islam.
(10) Mendekatkan diri pada Allah swt sehingga memasukkannya pada golongan
orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah swt seakan-akan
melihatnya.
(11) Mendatangkan inabah, iaitu kembali pada Allah ‘azza wa
jalla. Semakin
seseorang kembali pada Allah swt dengan banyak berzikir padaNya, maka hatinya
pun akan kembali pada Allah swt dalam setiap keadaan.
(12) Seseorang akan semakin
dekat pada Allah swt sesuai
dengan kadar zikirnya pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari zikir,
iapun akan semakin jauh dariNya.
(13) Semakin bertambah makrifah (mengenal Allah). Semakin banyak zikir, semakin
bertambah makrifah seseorang pada Allah swt.
(14) Mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin
menundukkan diri padaNya.
Sedangkan orang yang lalai dari zikir, akan semakin terhalangi dari rasa takut
pada Allah swt.
(15) Meraih apa yang Allah swt sebut
dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah
padaKu, maka Aku akan melihat kalian.”
(Surah 2, Al Baqarah :ayat 152).
Seandainya tidak ada keutamaan zikir
selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang
disebut.
(16) Hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون
حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Zikir pada hati semisal air yang diperlukan
oleh ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
(17) Hati dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan zikir maka kondisinya
sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah sesekali pernah solat Subuh dan beliau duduk berzikir pada Allah Taala
sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini
adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berzikir seperti ini, hilanglah
kekuatanku’ atau perkataan beliau yang semisal ini.
(18) Zikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati adalah disebabkan kerana
lalai dari zikir pada Allah swt. Sedangkan kilapnya hati adalah zikir, taubat
dan istighfar.
(19) Menghapus dosa kerana zikir adalah kebaikan terbesar
dan kebaikan akan menghapus segala keburukkan.
(20) Menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan zikir pada Allah
swt.
(21) Ketika seorang hamba rajin mengingat Allah swt, maka Allah swt
akan mengingat dirinya di saat ia perlukan.
(22) Jika seseorang mengenal Allah swt dalam keadaan lapang,
Allah swt akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
(23) Menyelamatkan seseorang dari azab api neraka.
(24) Zikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan
rahmat dan dikelilingi oleh malaikat.
(25) Zikir menyebabkan lisan semakin sibuk
sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta,
perbuatan keji dan batil.
(26) Majlis zikir adalah majlis para malaikat dan majlis orang yang lalai dari
zikir adalah majlis syaitan.
(27) Orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan
membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
(28) Akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
(29) Kerana tangisan orang yang berzikir, maka Allah
swt akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) Sibuknya seseorang pada zikir
adalah sebab Allah swt memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada
peminta-minta.
(31) Zikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat
mulia.
(32) Zikir adalah tanaman syurga.
(33) Pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berzikir,
tidak diberikan pada amalan lainnya.
(34) Sentiasa berzikir pada Allah swt menyebabkan seseorang tidak
mungkin melupakanNya. Orang yang melupakan Allah swt adalah sebab sengsara
dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah swt
menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Taala
berfirman,
وَلَا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang
yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka
sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
(Surah Al Hasyr : ayat 19)
(35) Zikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari
berbangkit.
(36) Zikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan baginya kemudahan
zikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang luput dari pintu
ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.
(37) Zikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati boleh
jadi sedar dengan zikir.
(38) Orang yang berzikir akan semakin dekat dengan Allah swt dan
bersama denganNya.
Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekadar
Allah swt itu bersama dalam erti mengetahui atau meliputi. Namun kebersamaan
ini menjadikan lebih dekat, mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik
Allah swt. Sebagaimana Allah Taala berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Surah. An Nahl : ayat 128)
وَاللَّهُ
مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar.”
(Surah 2, Al Baqarah : ayat 249)
وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan Sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(Surah. Al ‘Ankabut : ayat 69)
لَا
تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu berduka cita,
Sesungguhnya Allah beserta kita.”
(Surah. At Taubah ; ayat 40)
(39) Zikir itu dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak,
menafkahkan harta, dan menunggang kuda di jalan Allah swt serta juga dapat
menyamai seseorang yang berperang dengan pedang di jalan Allah swt.
Sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ
رِقَابٍ
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa
ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa
‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan
10 budak.”
(40) Zikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah Taala
orang yang enggan berzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
« يَا مُعَاذُ
وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ». فَقَالَ « أُوصِيكَ
يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى
عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ »
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku
mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Aku menasihatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau
tinggalkan di setiap akhir solat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala zikrika wa
syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berzikir dan
bersyukur serta beribadah yang baik padaMu).”
Dalam hadits ini digabungkan antara zikir
dan syukur. Begitu pula Allah Taala menggabungkan antara keduanya dalam
firman Allah Taala,
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Kerana itu, ingatlah kamu kepadaKu nescaya
Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)Ku.”
(Surah 2, . Al Baqarah : ayat 152)
Hal ini menunjukkan bahawa
penggabungan zikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan
keberuntungan.
(41) Makhluk yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya
selalu basah dengan zikir pada Allah swt. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah dan
menjauhi larangan Allah swt. Iapun menjadikan zikir sebagai syi’arnya.
(42) Hati itu ada yang keras dan meleburnya dengan berzikir pada
Allah swt. Oleh kerana
itu, siapa yang ingin hatinya yang keras itu sembuh, maka berzikirlah pada
Allah swt.
Ada yang berkata kepada Al Hasan,
“Wahai Abu Said, aku mengadukan padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata,
“Lembutkanlah dengan zikir pada Allah.”
Kerana hati ketika semakin
lalai, maka semakin keras hati tersebut. Jika seseorang berzikir pada Allah swt,
lelehlah kekerasan hati tersebut sebagaimana timah itu meleleh dengan api. Maka
kerasnya hati akan meleleh semisal itu, iaitu dengan zikir pada Allah ‘azza wa jalla.
(43) Zikir adalah ubat hati sedangkan lalai dari zikir adalah
penyakit hati. Ubat
hati yang sakit adalah dengan berzikir pada Allah swt.
Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Zikir
kepada Allah adalah ubat (bagi hati). Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib)
manusia, itu adalah penyakit.”
(44) Tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat
Allah swt dan selamat dari murkaNya selain zikir pada Allah swt. Jadi zikir adalah sebab datangnya dan
tertolaknya murka Allah swt. Allah Taala berfirman,
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(Surah. Ibrahim : ayat 7)
Zikir adalah inti syukur sebagaimana
telah disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan
semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.
(45) Zikir menyebabkan datangnya selawat Allah swt dan malaikatnya
bagi orang yang berzikir. Dan
siapa saja yang mendapat selawat (pujian) Allah swt dan malaikat, sungguh ia
telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Taala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41)
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ
وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
“Hai orang-orang yang beriman,
berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat
kepadamu dan malaikatNya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan
kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang) dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.”
(Surah. Al Ahzab : ayat 41-43)
(46) Zikir kepada Allah swt adalah pertolongan besar agar seseorang
mudah melakukan ketaatan.
Kerana Allah swt lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut,
Dialah yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu
pula Allah swt yang menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa
nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang rajin berzikir tidak akan mendapati
kesulitan dan rasa berat ketika melakukan amalan taat tersebut, berbeza halnya
dengan orang yang lalai dari zikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi
akan hal ini.
(47) Zikir pada Allah swt akan menjadikan kesulitan itu menjadi
mudah, suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitanpun
akan mendapatkan jalan keluar.
Zikir pada Allah swt benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya
tertimpa kesulitan.
(48) Zikir pada Allah swt akan menghilangkan rasa takut yang ada pada
jiwa dan ketenangan akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari zikir akan selalu merasa
takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.
(49) Zikir akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia mampu
melakukan hal yang menakjubkan.
Itulah kerana disertai dengan zikir. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat
menakjubkan dalam perkataan, tulisannya dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah
yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin
tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau
terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin
berzikir.
(50) Orang yang sentiasa berzikir ketika berada di jalan, di rumah,
di laman yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya
mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Kerana tempat-tempat tadi, gunung dan tanah akan menjadi
saksi bagi seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman
Allah Taala,
إِذَا
زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2)
وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4)
بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
“Apabila bumi digoncangkan dengan
goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?” pada hari
itu bumi menceritakan beritanya, kerana sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”
(Surah. Az Zalzalah : ayat 1-5)
(51) Jika seseorang menyibukkan diri dengan zikir, maka ia akan
terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah
(mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia dan mencela manusia. Kerana lisan sama sekali tidak boleh
diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berzikir dan boleh jadi adalah
lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi.
Ingatlah bahawa jiwa jika tidak sibuk dengan kebenaran, maka pasti akan sibuk
dengan hal yang sia-sia.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat.
Riyadh-KSA, 14 Rabi’uts Tsani 1432 H (20/03/2011)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan