Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Jumaat, 10 Ogos 2012

G 9 KUNCI MERAIH CINTA ILAHI

Setiap muslim pasti bercita-cita untuk mendapatkan cinta Allah swt. Sebab bila kita sudah menjadi kekasih-Nya, seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi boleh kita gapai dengan mudah. Persoalannya, bagaimana agar cita-cita tersebut menjadi kenyataan? Sesungguhnya banyak cara yang boleh kita lakukan untuk menggapai cinta-Nya, namun kerana keterbatasan bahan, saya akan membahas yang asasnya sahaja.

Pertama - membaca, memahami, dan mengamalkan Al Quran.

Cara ini akan melahirkan cinta dan kerinduan kepada-Nya, syukur dan sabar, tawadhuk (rendah hati) dan khusyuk, serta seluruh sifat yang boleh mengantarkan pada cinta dan redha-Nya.
(Ibnu Rajab, Ikhtiyaar Al-Uula, hal 114)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang di dalamnya penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mau menggunakan akalnya.”
(Q.S. Shaad 38:29).

Al Quran adalah kitab suci yang harus difahami, bukan sekadar dibaca. Fakta menunjukkan, yang rajin membaca Al Quran tapi tidak faham isinya, sehingga tidak bersemangat untuk mengamalkannya. Untuk itu, biasakan juga membaca terjemahannya untuk membantu pemahaman.

Pengalaman menunjukkan, awalnya memang agak susah mencerna maksud terjemahan Al Quran, namun kalau kita sering membacanya, lama kelamaan akan mudah memahaminya. Sebenarnya ini berlaku untuk semua ilmu, kalau kita tidak pernah membaca buku-buku psikologi misalnya, akan susah mencerna isinya, tapi kalau sudah sering, insya Allah kesulitan ini bisa diatasi. Saat membaca Al Quran, para sahabat mengutamakan pemahaman dan implemantasi/pengamalan. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Kebiasaan kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran, kami tidak akan melampauinya sebelum kami memahami secara benar maknanya dan mengamalkannya”. (HR. Athabari dalam tafsirnya dengan sanad yang shahih).

Sementara kita, lebih mengutamakan khatam (tamat) ketimbang faham. Alangkah indahnya kalau kita sering khatam dan faham serta implementatif. Setelah faham, langsung diaplikasikan dalam kehidupan.
Anas r.a. mengatakan, “Abu Thalhah r.a. –seorang sahabat dari kaum Anshar di Madinah– adalah orang yang banyak hartanya, di antara harta yang paling disenanginya adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid, bahkan Rasulullah saw. pun pernah singgah di kebun itu. Ketika turun firman Allah swt yang berbunyi:

“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai.”
(QS. Ali Imran 3:92),
Abu Thalhah bergegas menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, sungguh aku telah faham ayat itu, maka harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid. Untuk itu saksikanlah, demi Allah aku sedekahkan kebun itu untuk mendapatkan pahala di sisi-Nya. Maka silakan Ya Rasulullah bagikan sebagaimana Allah telah mengajarkannya kepadamu.”
(H.R. Bukhari-Muslim).

Kalau kita bagaimana?
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah setelah melaksanakan yang wajib. (Ibnul Qayyim, Madaarijus Saalikiin, jilid 3, hal. 13)

Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“. . . Tidak ada amalan yang paling Aku cintai dari hamba-Ku kecuali apa yang telah diwajibkan kepadanya. Dan Aku mencintai hamba-Ku yang sentiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah . . .”
(H.R. Bukhari).

Menurut riwayat ini, ada dua hal yang menyebabkan Allah swt mencintai kita.


- Pertama, konsisten melaksanakan ibadah-ibadah fardu/wajib, seperti solat lima waktu, shaum Ramadhan, zakat, haji kalau sudah mampu, dll.

- Kedua, melaksanakan amalan-amalan sunnah, seperti solat rawatib, tahajud, dhuha, shaum isnin-khamis, dll. Ibadah-ibadah ini akan menjadi pupuk bagi hati kita sehingga tetap hidup dan subur. Allah swt. akan merespon taqarrub (pendekatan diri) kita dua kali lipat dari apa yang kita lakukan.

Rasulullah saw. pernah bersabda melalui hadits qudsinya, Allah swt. berfirman: 

“Jika ia (manusia) bertaqarrub kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Jika ia bertaqarrub kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepada-Nya satu depa. Dan apabila ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berlari.”
(H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Jadi, kalau kita memberi satu cinta kepada Allah, Dia akan memberi dua cinta kepada kita. Kalau kita memberi tiga cinta, maka Allah akan memberi empat cinta, demikian seterusnya. Kerana itu, dekatkanlah diri kepada-Nya dengan ibadah-ibadah sunah setelah kita melaksanakan yang wajib, pasti Dia akan mencintai kita.
Ketiga, memperbanyak zikir, baik dengan lisan ataupun perbuatan. Allah swt. memerintahkan untuk memperbanyak zikir dalam setiap kesempatan,

“Dan zikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.”
(Q.S. Al Jumu’ah 62:10).

Ada dua macam zikir, muqayyad dan muthlaq.
- Zikir Muqayyad adalah zikir yang jenis dan jumlahnya telah ditetapkan Rasulullah saw. seperti zikir setelah solat fardhu (wajib) membaca Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing 33 kali. Kerana Rasulullah telah menetapkan jenis dan jumlahnya, kita tidak boleh menambahi atau menguranginya.

- Zikir muthlaq adalah zikir yang jenis dan jumlahnya tidak ditetapkan oleh Rasulullah saw, namun disesuaikan pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Misalnya saat menghadapi ujian kita agak gelisah, nah kita boleh berzikir apa saja sesuai kemauan, boleh baca astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah, dll. Jumlahnyapun terserah kita, berapa saja boleh. Allah swt. akan mencintai hamba-Nya yang selalu menyertakan zikir dalam seluruh aktiviti sehariannya. Mendapat kebahagiaan mengucapkan alhamdulillah, tertimpa musibah mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, melihat kemaksiatan mengucapkan astaghfirullah, memulai perbuatan baik mengucapkan bismillah, melihat sesuatu yang mengagumkan mengucapkan subhanallah, dll. Ini indikator bahawa kita selalu mengingat-Nya, sehingga Allah swt. akan mengingat kita.

“Kerana itu, ingatlah kepada-Ku, nescaya Aku akan mengingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku."
(Q.S. Al Baqarah 2:152).

Allah swt. akan menyertai orang-orang yang selalu berzikir kepada-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits qudsi, 

“Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Ketika ia menyebut-Ku di tengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya di tengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).”
(H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dalam riwayat lain disebutkan, 

“Sesungguhnya Allah swt. berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku, dan selama kedua bibirnya masih bergerak menyebut nama-Ku.”
(H.R. Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim )
Zikir jangan diertikan sempit (sekadar dengan lisan), tapi juga harus tercermin dalam perbuatan. Kalau kita berbisnes, bekerja, belajar, dll. dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, ini juga disebut zikir. Allah swt. menyebutkan ciri-ciri orang yang dicintai-Nya,

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dalam keadaan berbaring…”
(QS. Ali Imran 3: 191).

Ini yang dimaksud zikir dalam perbuatan atau aktiviti. Apabila ketiga hal di atas dilaksanakan, yakni memahami Al Quran, meningkatkan amaliah wajib dan sunnah, serta selalu zikir dengan ucapan dan perbuatan, insya Allah kita akan menjadi kekasih-Nya, dan kita akan rindu bertemu dengan-Nya,

“Barangsiapa yang mendambakan bertemu dengan Allah, Allah juga mendambakan bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah juga akan merasa benci bertemu dengannya.”
(HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Nasa’i).

Realisasikan cinta dan rindu kita kepada-Nya dengan cara mengerjakan apa yang Allah cintai, meskipun diri kita sangat membenci dan menolak perbuatan tersebut, serta tinggalkan apa yang Allah benci, meski sebenarnya kita sangat mencintai dan menginginkannya. Semoga kita diberi kekuatan untuk boleh meraih cinta-Nya. Amiin.

Wallahu A’lam.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan