Majlis ke
Tiga Puluh Lima
Kenapa
Disyariatkan Berperang?
Sesungguhnya
Nabi saw tidak disertai pedang untuk membunuh manusia untuk memaksa mereka
masuk agama Islam. Al-Quran dengan tegas menolak dasar ini. firman Allah swt:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)”.
(QS.
al-Baqarah :256)
“Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya”.
(QS. Yunus :99)
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku”.
(QS.
al-Kafirun :6)
Akan
tetapi, hal ini tidak bererti bahawa negara tetap berpangku tangan menghadapi
kezaliman di dalam dan luar negeri. Allah swt memberikan izin kepada
orang-orang beriman untuk mempertahankan diri mereka dan mengambil hak mereka
sekadar kezaliman mereka, tanpa tambahan atau melewati batas. Firman Allah swt:
“Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia,
seimbang dengan serangannya terhadapmu”.
(QS.
al-Baqarah :194)
Dan
firman-Nya:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, kerana sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”.
(QS.
al-Baqarah :190)
“Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka”.
(QS.
al-Baqarah:191)
Hal ini
menjelaskan bahawa dasar disyariatkannya perang dalam Islam adalah
mempertahankan diri dan menjaga umat dari tindakan zalim, konspirasi dan tipu
daya dari dalam dan luar negeri. Apabila kita memperhatikan sejarah peperangan
dalam Islam, hakikat ini menjadi kuat bagi kita, sesungguhnya ‘tatkala
bertambah kezaliman penduduk Mekah, Nabi saw memilih keluar dari rumahnya
setelah mereka berkonspirasi untuk membunuhnya. Merekalah yang memulai
permusuhan terhadap kaum muslimin. Di mana mereka mengusir mereka (muslimin)
dari kampung halaman mereka dengan cara yang tidak benar. Maka setelah hijrah,
Allah swt mengizinkan kaum muhajirin memerangi kaum musyrik Quraisy dengan
firman-Nya dalam surah al-Hajj:
âTelah diizinkan
(berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnaya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. *
(iaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan
yang benar, kecuali kerana mereka berkata:”Rabb kami hanyalah Allah”..
(QS. al-Hajj :39-40)
Kerana
itulah, Rasulullah saw tidak menyerang kecuali kepada kaum Quraisy, bukan
kepada semua bangsa Arab.
Maka
tatkala selain penduduk Mekah dari kaum musyrik arab bersekutu dan bersatu
bersama para musuh menyerang kaum muslimin, Allah swt memerintahkan memerangi
semua kaum musyrikin dengan firman-Nya dalam surah Taubah:
“dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi
semuanya; dan ketahuilah bahawasannya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.
(QS.
at-Taubah :36)
Dan
dengan sebab itulah, jihad menjadi universal bagi setiap orang yang tidak
mempunyai kitab suci, dari para penyembah berhala, dan inilah kebenaran sabda
Rasulullah saw:
“أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَه إِلَّا اللهُ، فَإِنْ
قَالُوهَا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَـهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا
وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ”.
“Aku diperintahkan memerangi manusia sehingga mereka
mengatakan laailaaha illallah (tidak ada Ilah yang berhak disembah selain
Allah), jika mereka mengatakannya, bererti mereka telah menjaga darah dan harta
mereka dariku kecuali dengan haknya dan perhitungan mereka kepada Allah.’
Dan
ketika kaum menemukan pengkhianatan kaum Yahudi terhadap perjanjian, di mana
mereka menolong kaum musyrikin dalam memerangi mereka, Allah swt menyuruh
memerangi mereka dengan firman-Nya dalam surah al-Anfaal:
Dan jika kamu khuatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang
jujur. SesungguhnyaAllah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
(QS.
al-Anfaal:58)
Memerangi
mereka hukumnya wajib sampai mereka memeluk Islam, atau membayar pajak lewat
tangan mereka dalam keadaan terhina, supaya kaum muslimin memberi jaminan
keamanan kepada mereka.
Demikian
pula kaum Nashrani, Nabi saw tidak memulai memerangi mereka. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: ‘Adapun kaum Nashrani, maka nabi saw tidak
membunuh seorangpun dari mereka, hingga beliau saw mengirim para utusannya
-setelah perdamaian Hudaibiyah- kepada semua raja, mengajak mereka masuk Islam.
Dia saw mengutus kepada kaisar (Heraqlius, penguasa Romawi), Kisra (penguasa
Persia, Iran), Muqauqis (penguasa Mesir), Najasyi (penguasa Habasyah), dan
raja-raja Arab di Timur dan Syam.
Maka
masuklah ke dalam agama Islam sebagian kaum Nashrani dan selain mereka. Kaum
Nashrani di Syam marah, lalu membunuh sebahagian orang yang masuk Islam dari
para pembesar mereka di Ma’aan.
Maka kaum
nashrani yang mula-mula memerangi kaum muslimin, membunuh orang yang telah
masuk Islam dari mereka secara zalim. Jika tidak demikian, dia saw mengutus
para rasulnya untuk mengajak manusia kepada Islam secara suka rela, bukan
terpaksa, maka dia tidak memaksa seorangpun untuk masuk Islam.
Atas
dasar inilah, peperangan Rasulullah saw terhadap para musuh berdasarkan
sebab-sebab berikut ini:
1. Menganggap kaum musyrikin yang
memerangi, kerana mereka yang memulai permusuhan, maka kaum muslimin berhak
memerangi mereka.
2. Apabila dilihat pengkhianatan
dari kaum Yahudi dan mendukung kaum musyrikin, mereka diperangi.
3. Apabila satu kabilah dari bangsa
Arab melakukan tindakan melewati batas terhadap kaum muslimin, atau membantu
kaum musyrikin, ia diperangi hingga masuk agama Islam.
4. Setiap orang yang memulai
permusuhan dari golongan ahli kitab seperti kaum Nashrani, diperangi hingga
tunduk dengan Islam atau membayar pajak.
5. Setiap orang yang masuk Islam,
bererti ia telah menjaga darah dan hartanya kecuali dengan haknya dan
Islam memutuskan hal yang sesudahnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan