Majlis ke
Empat Puluh Satu
Kasih
Sayang Nabi (4)
Kasih
sayang Nabi saw kepada pelayan dan budak:
Sungguh
pembantu dan budak sebelum masa Islam tidak mempunyai hak dan kemuliaan. Maka
tatkala Allah swt memuliakan dunia dengan risalah Islam, Nabi saw mengangkat
kezaliman dari mereka, dan menentapkan hak-hak bagi mereka dan mengancam orang
yang menganiaya mereka, atau merendahkan mereka, atau mengutuk mereka dengan
ancaman siksa yang pedih.
Dari
Ma’rur bin Suwaid, ia berkata,
‘Aku
melihat Abu Dzarr ra dan atasnya adalah pakaian dan atas budaknya pakaian yang
serupa, maksudnya ia memakai seperti yang dipakai budaknya. Ia berkata,
‘Aku
bertanya kepadanya tentang hal itu, maka ia menyebutkan bahawa ia pernah
mencela seorang lelaki di masa Rasulullah saw, maka mencelanya dengan ibunya.
Lelaki itu ember kepada Nabi saw, lalu menyebutkan hal itu kepadanya. Maka Nabi
saw bersabda:
إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ
جَاهِلِيَّةٌ؛ إخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ, جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ,
فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدَيْهِ، فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُل,
وَلْيُلْبِسْه مِمَّا يَلْبَس, وَلَا تُكلِّفُوهمْ مَا يَغْلِبُهُمْ, فَإِنْ
كَلَّفْتُمُوهُمْ، فَأَعِينُوهُمْ عَلَيْهِ” [متفقٌ عليهِ]
“Sesungguhnya padamu ada sifat jahiliyah, saudara-saudaramu
adalah budak-budakmu. Allah menjadikan mereka di bawah kakimu. Maka
barangsiapa yang saudaranya berada di bawah kedua kakinya, maka hendaklah ia
ember makan kepadanya apa yang dia makan, ember pakaian dari apa yang dia
pakai, dan janganlah ember tugas di luar kemampuannya, maka jika kamu
menugaskan mereka maka tolonglah mereka atasnya.”
(Muttafaqun
‘alaih).
Perhatikanlah,
bagaimana Nabi saw menempatkan pembantu seperti saudara, supaya menetap di hati
seorang muslim bahawa apabila ia menganiaya pembantu ini atau berbuat jahat
kepadanya, atau memakan hartanya, sesungguhnya ia seperti orang yang melakukan
hal itu terhadap saudaranya. Kemudian Nabi saw menyuruh bersungguh-sungguh
berbuat baik dan kasih ember kepada mereka, memuliakan, ember makan dan pakaian
kepada mereka dari jenis yang dia pakai dan dia makan. Kerana ember itulah Abu
Dzarr ra ember pakaian kepada pembantunya dari jenis yang dia pakai. Dalam
hadits ini pula Nabi saw melarang menugaskan pembantu dengan tugas yang dia
tidak mampu melakukannya. Ini meliputi memberikan keringanan terhadap mereka
dan memberikan kepada mereka waktu istirehat yang cukup untuk mereka.
Dari Abu
Mas’ud an-Anshar ra, ia berkata,
‘Aku
pernah memukul budakku dengan cambuk, lalu aku mendengar suara dari belakangku,
‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud.’ Maka aku tidak memahami suara itu kerana
marah. Ia berkata,
‘Maka
tatkala dia sudah dekat dariku, ternyata dia adalah Rasulullah saw. Ternyata
beliau saw bersabda,
‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud.’ Ia berkata,
‘Maka aku
melemparkan cambuk dari tanganku.’ Beliau saw bersabda,
“Ketahuilah,
wahai Abu Mas’ud, sesungguhnya Allah lebih mampu terhadapmu darimu
atas budak ini.‘ Aku
berkata,
‘Aku tidak pernah memukul budak lagi untuk selamanya.”
Dan dalam
satu riwayat: aku berkata,
‘Wahai
Rasulullah, Dia merdeka kerana Allah. Rasulullah saw bersabda:
‘Adapun jika engkau tidak melakukannya, nescaya api neraka akan
menyentuhmu.‘
(HR.
Muslim).
Nabi saw
bersabda:
مَنْ لَطَمَ مَمْلُوكًا لَهُ أَوْ
ضَرَبَهُ، فَكَفَّارَتُهُ أَنْ يَعْتِقَهُ” [رواه أبو داود وصححه الألبانيُّ].
“Barangsiapa yang menempeleng atau memukul budaknya, maka
penebusnya adalah memerdekakannya.’
(HR. Abu
Daud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Nabi saw
adalah orang yang membebaskan orang-orang yang lemah, memerdekakan budak,
bersifat adil terhadap pembantu, berdiri di barisan orang yang terluka hatinya,
maka tertambal luka mereka, dan menyegarkan hati dan sanubari mereka.
Dari
Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqrib, ia berkata,
‘Aku
pernah menempeleng budak kami, maka bapakku memanggil dia dan aku seraya
berkata,
‘Lakukan qishash darinya, maka sesungguhnya kami –wahai sekalian bani
Muqrin- kami berjumlah tujuh orang di masa Nabi saw, dan kami hanya mempunyai
seorang pembantu. Maka
seseorang dari kami menempelengnya. Maka Rasulullah saw bersabda,
‘Merdekakanlah
dia.’ Mereka
berkata,
‘Kami tidak mempunyai pembantu selain dia.’ Nabi saw bersabda,
‘Maka hendaklah ia melayani mereka sampai mereka merasa cukup, apabila
mereka sudah merasa cukup, maka hendaklah mereka memerdekakannya.”
(HR.
Muslim).
Inilah
dia Muhammad saw, dan inilah pendiriannya bersama pelayan dan budak. Di manakah
orang-orang yang menyerukan kebebasan manusia dari pendirian ini?
Perhatikanlah
contoh sikap dalam perilaku Nabi saw terhadap pembantu. Sungguh Anas bin Malik
ra berkata,
‘Aku melayani Rasulullah saw selama sepuluh tahun, demi Allah, dia tidak
pernah mengatakan cih, tidak pernah mengatakan sesuatu yang kulakukan: kenapa
engkau melakukannya? dan tidak pernah mengatakan sesuatu yang tidak kulakukan:
kenapa engkau tidak melakukan seperti ini?
(muttafaqun
alaih).
Dan dalam
riwayat Muslim: ‘Dan dia tidak mencela sesuatu atasku.’
(HR.
Muslim).
Dan
Rasulullah saw berkata kepada pembantu:
‘Apakah engkau memerlukan sesuatu?’
(HR.
Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Dari Anas
bin Malik ra, ia berkata, ‘Sesungguhnya seorang budak perempuan mengambil
tangan Rasulullah saw, maka dia tidak menarik tangannya dari tangannya ia
sehingga ia pergi dengannya di tempat yang dia kehendaki dari kota Madinah
untuk menunaikan hajatnya.
(HR.
Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan