Majlis ke
Tiga Belas
Perkawinannya
Rasulullah
saw menikah dengan Khadijah radhiyallahu ‘anha saat
berusia 25 tahun, dan Khadijah berusia 40 tahun. Beliau keluar ke Syam untuk
berrdagang barang-barang milik Khadijah disertai budaknya yang bernama
Maisarah. Akhlak Rasulullah berupa sifat jujur dan amanah membuat kagum
Maisarah. Maka tatkala pulang (ke Mekah), ia mengabarkan kepada majikannya
(Khadijah) radhiyallahu ‘anha tentang apa yang telah dilihatnya,
sehingga dia ingin menikah dengannya, maka beliau saw menikahinya.
Khadijah radhiyallahu
‘anha wafat tiga tahun sebelum hijrah dan Nabi saw berkumpul dengannya
selama 25 tahun dan beliau tidak menikah dengan yang lainnya sampai dia radhiyallahu ‘anha wafat.
Saat itu dia berusia 65 tahun dan usia Nabi saw sekitar 50 tahun.
Kemudian beliau saw menikah dengan beberapa wanita kerana beberapa
hikmah yang banyak dan tujuan yang besar. Dan ini menjawab semua tuduhan yang
diberikan sebagian orentalis dan selain mereka dari kalangan orang-orang yang
ingkar dan dusta bahwa Nabi saw adalah seorang laki-laki pengumbar hawa
nafsu yang hanya mencari kesenangan. Bagaimana mungkin beliau seorang
laki-laki seperti itu, kerana beliau saw telah hidup bersama satu orang isteri
yang usianya lebih tua lima belas tahun- selama 25 tahun tetapi beliau tidak
pernah menikah dengan wanita lain sampai ia meninggal, dan hingga telah hilang
darinya usia muda dan kekuatan syahwat. Maka apakah nafsu syahwatnya sudah
padam sepanjang umur yang lama ini, kemudian mencuat seketika setelah Nabi saw
mencapai usia 50 tahun? Ucapan ini tidak boleh diterima akal sihat.
Ucapan
ini sendiri banyak ditertawakan oleh para ilmuwan dan pemikir Barat sendiri.
Seorang peneliti berkebangsaan Itali yang bernama DR. Loura Fiya Faghliri
berkata, “Sesungguhnya Muhammad di sepanjang usia mudanya yang
memiliki kemampuan seksual lebih kuat, ditambah lagi ia hidup dalam masyarakat
arab –sebelum Islam- yang memandang pernikahan bagaikan satu lembaga sosial
yang hilang atau hampir sirna. Poligami menjadi suatu dasar dan perceraian
merupakan perkara yang sangat mudah, namun ia tidak pernah menikah kecuali
hanya dengan seorang wanita, iaitu Khadijah yang usianya jauh di atas usia
beliau. Dan sepanjang 25 tahun itu ia menjadi suami yang tulus dan sangat
mencintai Khadijah, ia tidak pernah menikah yang kedua kali atau lebih dari
sekali, kecuali setelah Khadijah wafat, iaitu setelah ia melewati usia 50
tahun.
Sesunguhnya
pernikahan dengan setiap isterinya ini disebabkan hal sosial atau politik,
beliau bertujuan untuk memuliakan wanita-wanita yang bersifat takwa, atau
menumbuhkan hubungan nasab bersama sebahagian bangsa dan suku yang lain, kerana
mengharapkan membuka jalan baru untuk menyebarkan Islam.
Terkecuali
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Muhammad saw menikahi semua wanita yang
bukan perawan dan tidak muda, apakah semua itu berdasarkan hawa nafsu?
Sungguh
beliau adalah seorang lelaki, bukan tuhan, mungkin ada keinginan untuk
mendapatkan anak yang mendorongnya menikah lagi, kerana semua puteranya yang
terlahir dari Khadijah radhiyallahu ‘anha telah
meninggal dunia.
Tanpa
adanya sumber pemasukan yang banyak, beliau mengambil di pundaknya beban yang
besar, akan tetapi beliau selalu melakukan jalan keadilan terhadap mereka
semua, dan tidak pernah membuat perbezaan di antara isteri-isterinya.
Beliau
saw mengikuti sunnah para nabi sebelumnya, seperti Musa as dan yang lainnya,
yang nampaknya tidak ada seorangpun yang mengkritik terhadap perkawinannya yang
banyak (berpoligami). Apakah hal itu disebabkan tidak tahunya kita tentang
riwayat kehidupan mereka secara terperinci di satu sisi, sedangkan di sisi lain
kita mengetahui segala tentang kehidupan Muhammad saw dalam berkeluarga.
Isteri-isteri
beliau:
Rasulullah
saw menikahi Saudah Raudhah radhiyallahu ‘anha setelah
Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat. Kemudian beliau
menikahi ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha puteri Abu
Bakar ash-Shiddiq, dan beliau tidak pernah menikahi wanita perawan selain dia.
Kemudian beliau menikahi Hafshah binti Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Kemudian menikahi Zainab binti Khuzaimah bin al-Harits radhiyallahu ‘anha dan
menikahi Ummu Salamah radhiyalahu ‘anha yang memiliki nama
asli Hindun binti Umayyah. Dan beliau menikahi Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha dan
menikahi Juwairiyah binti al-Harits dan Ummu Habibah radhiyallahu
‘anhuma. Dan setelah perang Khaibar, beliau menikahi Shafiyah binti
Huyay radhiyallahu ‘anha. Kemudian Maimunah binti
al-Haritsradhiyallahu ‘anha, dan ia adalah wanita terakhir
yang dinikahi oleh Rasulullah saw.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan