Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Rabu, 29 Ogos 2012

H 48 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 9

Majlis kesembilan

Nabi Pembawa Rahmat (1)

Sungguh NABI MUHAMMAD SAW menjadi rahmat bagi semua umat manusia, dan ALLAH SWT telah menyebutkan sifatnya dengan hal itu dengan firmanNya:

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Surah al Anbiyaa`: ayat 107)

Maka rahmatnya bersifat universal, meliputi orang yang beriman dan kafir. Inilah Thufail bin ‘Amr ad-Dausi, dia merasa putus asa untuk memberi petunjuk kepada kabilahnya, iaitu Daus. Lalu ia pergi kepada NABI MUHAMMAD SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus telah durhaka dan enggan (menerima dakwah), maka berdoalah kepada ALLAH SWT untuk membinasakannya.’ Lalu NABI MUHAMMAD SAW menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Maka manusia (para sahabat yang hadir) merasa yakin akan hancurnya kabilah Daus bila NABI MUHAMMAD SAW mendoakan kehancuran mereka, akan tetapi nabi pembawa rahmat berdoa:

اللّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ

Ya ALLAH, berilah petunjuk kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka (kepadaku untuk beriman)." 
Muttafaqun ‘alaih.

Beliau mendoakan mereka supaya mendapat hidayah dan petunjuk dan tidak berdoa atas mereka dengan siksaan dan kehancuran, kerana beliau tidak menghendaki untuk manusia kecuali kebaikan dan tidak mengharapkan untuk mereka selain keberuntungan dan keselamatan.
NABI MUHAMMAD SAW pernah pergi ke Thaif untuk mengajak kabilah-kabilahnya masuk Islam. Maka para penduduknya menghadapinya dengan pengingkaran, ledekan, dan olok-olokan, bahkan orang-orang bodoh dari mereka melemparinya dengan batu sehingga darah mengalir dari dua kakinya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan peristiwa yang terjadi setelah itu, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada NABI MUHAMMAD SAW, ‘Apakah pernah datang kepadamu satu hari yang lebih berat dari pada tragedi di bukit Uhud? NABI MUHAMMAD SAW menjawab, ‘Sungguh aku telah mendapati dari kaummu dan itu adalah peristiwa terberat yang kutemui dari mereka, iaitu hari aqabah. Ketika aku menawarkan diriku kepada Ibnu Abdi yalail bin Abdu Kulal, maka ia memenuhi keinginanku. Lalu aku pergi dalam keadaan berduka-cita yang terlihat dari raut wajahku. Maka aku tidak sedar kecuali di Qarn ats-Tsa’alib. Maka aku mengangkat kepalaku. Ternyata awan telah menaungiku. Lalu aku melihat, ternyata Jibril as ada padanya. Maka ia berseru kepadaku seraya berkata, ‘Sesungguhnya ALLAH telah mendengar ucapan kaummu kepadaku dan jawapan mereka atasmu. Dan Dia  telah mengutus kepadamu malaikat gunung, agar engkau menyuruhnya menurut kehendakmu pada mereka.’ Beliau bersabda, ‘Maka malaikat gunung memanggilku seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya ALLAH telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan jawapan mereka terhadapmu. Dan akulah malaikat gunung, ALLAH telah mengutusku agar engkau menyuruhku menuruti perintahmu, maka apakah yang engkau kehendaki? jika engkau menghendaki, aku akan menimpakan kepada mereka dua gunung yang besar. Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda:

بَلْ أَرْجُوْ أَنْ يُخْرِجَ اللهٌ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَلاَيشُرْكِ ُبِهِ شَيْئًا

Bahkan aku mengharapkan agar ALLAH  mengeluarkan dari sulbi (keturunan) mereka orang yang hanya menyembah ALLAH saja, tidak ada sekutu baginya dan tidak menyekutukan sesuatu dengannya.”
Muttafaqun ‘alaih.

Itulah sifat rahmat kenabian yang membuat NABI MUHAMMAD SAW melupakan lukanya mengucurkan darah, hatinya sakit, sanubarinya yang terluka, dan tidak mengingat selain menyampaikan kebaikan kepada para manusia dan mengeluarkan mereka dari alam kegelapan kepada cahaya, dan memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus.
NABI MUHAMMAD SAW menaklukkan kota Mekah dan memasukinya bersama sepuluh ribu pejuang, dan ALLAH SWT meneguhkannya  untuk mengalahkan orang-orang yang menyakitinya, mengusirnya, melakukan konspirasi untuk membunuhnya, mengeluarkannya dari negerinya, membunuh para sahabatnya, dan melakukan fitnah kepada mereka dalam agama mereka.

Salah seorang sahabat berkata –setelah selesai penaklukan agung ini- ‘Hari ini adalah hari pembunuhan masal.’ Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda, ‘Bahkan, hari ini adalah hari kasih sayang.’
Kemudian NABI MUHAMMAD SAW keluar kepada orang-orang yang kalah, pandangan mata mereka tegang, hati mereka ketakutan, dan leher mereka terasa kering. Mereka menunggu apakah yang akan dilakukan sang pemimpin yang menang ini kepada mereka. Sedangkan mereka adalah orang-orang terbiasa menipu, membalas dendam, mencincang kaum muslimin yang terbunuh, seperti yang telah mereka lakukan dalam perang Uhud dan lainnya.

Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda, ‘Wahai sekalian kaum Quraisy, apakah pendapatmu yang akan kulakukan terhadapmu?’ Mereka menjawab, ‘(Engkau akan melakukan) kebaikan. ’Saudara yang mulia dan putera saudara yang mulia.’ Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda:

اِذْهَبُوْا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ

‘Pergilah, kamu semua bebas.’

Maka pergilah mereka, bagaikan baru dibangkitkan dari kuburan.
Inilah pemberian ampun yang menyeluruh sebagai hasil kasih sayang yang ada di hati NABI MUHAMMAD SAW dan yang besar untuk meliputi/mencakup majoriti musuhnya yang sangat menyakitinya dan para sahabatnya. Maka kalau bukan kerana rahmat ini nescaya tidak terjadi pemberian maaf ini. Dan benarlah NABI MUHAMMAD SAW ketika bersabda:

أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ

“Aku adalah rahmat yang dihadiahkan.’
(HR. al-Hakim).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan