Majlis kesembilan
Nabi Pembawa Rahmat
(1)
Sungguh NABI MUHAMMAD SAW menjadi rahmat bagi
semua umat manusia, dan ALLAH SWT telah menyebutkan sifatnya dengan hal itu
dengan firmanNya:
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.”
(Surah al Anbiyaa`: ayat 107)
Maka rahmatnya bersifat universal,
meliputi orang yang beriman dan kafir. Inilah Thufail bin ‘Amr ad-Dausi, dia
merasa putus asa untuk memberi petunjuk kepada kabilahnya, iaitu Daus. Lalu ia
pergi kepada NABI MUHAMMAD SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus
telah durhaka dan enggan (menerima dakwah), maka berdoalah kepada ALLAH SWT untuk membinasakannya.’ Lalu NABI MUHAMMAD SAW menghadap kiblat dan mengangkat kedua
tangannya. Maka manusia (para sahabat yang hadir) merasa yakin akan hancurnya
kabilah Daus bila NABI MUHAMMAD SAW mendoakan kehancuran mereka, akan tetapi nabi
pembawa rahmat berdoa:
اللّهُمَّ اهْدِ
دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ
“Ya ALLAH, berilah petunjuk kepada kabilah Daus dan
datangkanlah mereka (kepadaku untuk beriman)."
Muttafaqun ‘alaih.
Muttafaqun ‘alaih.
Beliau mendoakan mereka supaya
mendapat hidayah dan petunjuk dan tidak berdoa atas mereka dengan siksaan dan
kehancuran, kerana beliau tidak menghendaki untuk manusia kecuali kebaikan dan
tidak mengharapkan untuk mereka selain keberuntungan dan keselamatan.
NABI MUHAMMAD SAW pernah pergi ke Thaif untuk
mengajak kabilah-kabilahnya masuk Islam. Maka para penduduknya menghadapinya
dengan pengingkaran, ledekan, dan olok-olokan, bahkan orang-orang bodoh dari
mereka melemparinya dengan batu sehingga darah mengalir dari dua kakinya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha
meriwayatkan peristiwa yang terjadi setelah itu, ia berkata, ‘Aku bertanya
kepada NABI MUHAMMAD SAW, ‘Apakah pernah datang kepadamu satu hari yang lebih berat
dari pada tragedi di bukit Uhud? NABI MUHAMMAD SAW menjawab, ‘Sungguh aku telah mendapati
dari kaummu dan itu adalah peristiwa terberat yang kutemui dari mereka, iaitu
hari aqabah. Ketika aku menawarkan diriku kepada Ibnu Abdi yalail bin Abdu
Kulal, maka ia memenuhi keinginanku. Lalu aku pergi dalam keadaan berduka-cita
yang terlihat dari raut wajahku. Maka aku tidak sedar kecuali di Qarn
ats-Tsa’alib. Maka aku mengangkat kepalaku. Ternyata awan telah menaungiku.
Lalu aku melihat, ternyata Jibril as ada padanya. Maka ia berseru kepadaku
seraya berkata, ‘Sesungguhnya ALLAH telah mendengar ucapan kaummu kepadaku dan
jawapan mereka atasmu. Dan Dia telah
mengutus kepadamu malaikat gunung, agar engkau menyuruhnya menurut kehendakmu
pada mereka.’ Beliau bersabda, ‘Maka malaikat gunung memanggilku seraya
berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya ALLAH telah mendengar ucapan kaummu
kepadamu dan jawapan mereka terhadapmu. Dan akulah malaikat gunung, ALLAH telah
mengutusku agar engkau menyuruhku menuruti perintahmu, maka apakah yang engkau
kehendaki? jika engkau menghendaki, aku akan menimpakan kepada mereka dua
gunung yang besar. Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda:
بَلْ أَرْجُوْ أَنْ يُخْرِجَ اللهٌ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ
يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَلاَيشُرْكِ ُبِهِ شَيْئًا
“Bahkan aku mengharapkan agar ALLAH mengeluarkan
dari sulbi (keturunan) mereka orang yang hanya menyembah ALLAH saja, tidak
ada sekutu baginya dan tidak menyekutukan sesuatu dengannya.”
Muttafaqun ‘alaih.
Itulah sifat rahmat kenabian yang
membuat NABI MUHAMMAD SAW melupakan lukanya mengucurkan darah, hatinya sakit, sanubarinya
yang terluka, dan tidak mengingat selain menyampaikan kebaikan kepada para
manusia dan mengeluarkan mereka dari alam kegelapan kepada cahaya, dan
memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus.
NABI MUHAMMAD SAW menaklukkan kota Mekah dan
memasukinya bersama sepuluh ribu pejuang, dan ALLAH SWT meneguhkannya
untuk mengalahkan orang-orang yang menyakitinya, mengusirnya, melakukan
konspirasi untuk membunuhnya, mengeluarkannya dari negerinya, membunuh para
sahabatnya, dan melakukan fitnah kepada mereka dalam agama mereka.
Salah seorang sahabat berkata
–setelah selesai penaklukan agung ini- ‘Hari ini adalah hari pembunuhan masal.’
Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda, ‘Bahkan, hari ini adalah hari kasih sayang.’
Kemudian NABI MUHAMMAD SAW keluar kepada
orang-orang yang kalah, pandangan mata mereka tegang, hati mereka ketakutan,
dan leher mereka terasa kering. Mereka menunggu apakah yang akan dilakukan sang
pemimpin yang menang ini kepada mereka. Sedangkan mereka adalah orang-orang
terbiasa menipu, membalas dendam, mencincang kaum muslimin yang terbunuh,
seperti yang telah mereka lakukan dalam perang Uhud dan lainnya.
Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda, ‘Wahai
sekalian kaum Quraisy, apakah pendapatmu yang akan kulakukan terhadapmu?’
Mereka menjawab, ‘(Engkau akan melakukan) kebaikan. ’Saudara yang mulia dan
putera saudara yang mulia.’ Maka NABI MUHAMMAD SAW bersabda:
اِذْهَبُوْا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ
‘Pergilah, kamu semua bebas.’
Maka pergilah mereka, bagaikan baru
dibangkitkan dari kuburan.
Inilah pemberian ampun yang
menyeluruh sebagai hasil kasih sayang yang ada di hati NABI MUHAMMAD SAW dan yang besar
untuk meliputi/mencakup majoriti musuhnya yang sangat menyakitinya dan para
sahabatnya. Maka kalau bukan kerana rahmat ini nescaya tidak terjadi pemberian
maaf ini. Dan benarlah NABI MUHAMMAD SAW ketika bersabda:
أَنَا رَحْمَةٌ
مُهْدَاةٌ
“Aku adalah rahmat yang dihadiahkan.’
(HR. al-Hakim).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan