Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 30 Ogos 2012

H 53 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 14

Majlis ke empat belas

Nabi saw dan kaum wanita (1):

Musuh-musuh selalu mengatakan bahawa Islam berbuat zalim terhadap wanita, menguasainya, menghalangi hak-haknya, menjadikannya sebagai pelayan lelaki dan sarana kenikmatannya.

Namun kepalsuan tuduhan ini tertolak oleh riwayat-riwayat dari Rasulullah saw dalam memuliakan wanita dan mengangkat kedudukannya, mengikut sertakannya dalam musyawarah, lemah lembut kepadanya, berlaku adil kepada mereka di setiap pendirian, dan memberikan semua haknya yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Sungguhpun bangsa arab –secara tabiatnya- sebelum Islam sangat membenci anak perempuan, menganggapnya sesuatu yang memalukan. Sehingga sebahagian arab jahiliyah terkenal dengan mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup. Dan al-Quran menggambarkan hal itu dalam firman Allah swt:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. * Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. 
(QS. an-Nahl:58-59)

Para wanita di masa jahiliyah, apabila suaminya meninggal dunia, diwarisi oleh anak-anak dan keluarga suaminya yang wafat. Jika ingin, mereka  mengahwinkannya dengan salah seorang dari mereka  dan jika ingin mereka menghalanginya dari menikah hingga akhir hayat. Maka Islam membatalkan semua itu dengan hukum yang disyari’atkan oleh Allah swt berupa hukum-hukum yang adil, yang meliputi hak-hak perempuan dan laki-laki dalam batasan yang sama.

Sungguh Nabi saw telah mengabarkan dasar persamaan wanita dan laki-laki dari sisi kemanusiaan. Nabi saw bersabda:

إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ

Sesungguh para wanita adalah saudara kandung laki-laki.”  
(HR. Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi).

Di dalam Islam, tidak ada pertarungan di antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan seperti yang digambarkan oleh musuh-musuh Islam, tetapi yang ada adalah persaudaraan dan kesempurnaan di antara dua jenis.
Al-Quran menetapkan masalah persamaan  dalam iman, amal dan balasan, firman Allah swt:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.
(QS. Al-Ahzaab :35)

Dan firman Allah swt:

“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab”.
(QS. Ghafir:40)

Dan Rasulullah swt menceritakan cintanya kepada wanita dalam sabdanya:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِى الصَّلاَةِ

Dan dicintakan kepadaku dari duniaku: wanita dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam solat.”
(HR. Ahmad dan an-Nasa`i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

Apabila Nabi saw mencintai wanita, bagaimana mungkin beliau berbuat zalim kepadanya? Bagaimana boleh beliau menghinakan? Dan apa mungkin beliau saw menguasainya?
Islam menghilangkan kebiasaan membenci anak perempuan dan menguburnya hidup-hidup. Nabi saw telah membatalkan kebiasaan yang jahat itu dan mendorong dalam mendidik para puteri dan berbuat baik kepada mereka. Nabi saw bersabda:

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا, جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ –وَضَمَّ بَيْنَ أَصَابِعِهِ

“Barangsiapa yang mengurus dua anak perempuan hingga baligh, nescaya ia datang pada hari kiamat, aku dan dia –dan beliau menyatukan di antara jemarinya.” 
(HR. Muslim).

Hal itu mengisyaratkan tinggi kedudukannya dan kedekatannya dari Nabi saw, hal itu tidak lain kecuali kerana ia mengurus puteri-puterinya  dan menjaga mereka hingga mereka mencapai usia baligh dan mukalaf.

Dan Nabi saw bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ, أَوْ ثَلَاثُ أَخَوَاتٍ, أَوْ بِنْتَانِ, أَوْ أُخْتَانِ, فَأَحْسَنَ صُحْبَتَهُنَّ, وَاتَّقَى اللهَ فِيهِنَّ, فَلَهُ الجنَّةُ” [رَواهُ الترمِذيُّ وصحَّحه الألبانيُّ].

Barangsiapa yang mempunyai tiga orang puteri atau dua saudara perempuan, atau dua orang puteri, atau dua orang saudara perempuan, lalu ia baik dalam memperlakukan mereka dan bertakwa kepada Allah pada mereka (dalam mengurus mereka), maka untuknya adalah syurga.”
(HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

Dan sungguh Nabi saw memberikan perhatian serius terhadap pendidikan wanita, maka beliau saw menjadikan untuk mereka satu hari yang mereka berkumpul padanya, maka beliau mendatangi mereka dan mengajarkan kepada mereka dari sesuatu yang diajarkan Allah swt kepadanya (HR. Muslim).
Dan Nabi saw tidak menjadikan perempuan tertahan di dalam rumah, seperti dugaan mereka, bahkan beliau saw membolehkan baginya keluar dari rumah untuk menunaikan keperluannya, mengunjungi keluarganya, mengunjungi yang sakit, memperbolehkan mereka jual dan beli di pasar asalkan disertai sifat malu dan hijab secara syarak. Dan demikian pula beliau mengizinkan baginya keluar menuju masjid, bahkan melarang dari menghalanginya. Beliau saw bersabda:

“لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ المسَاجِدَ” [رواه أحمد وأبوداود].

Janganlah kamu menghalangi para wanita darimu pergi ke masjid.”
(HR. Ahmad dan Abu Daud).

Dan beliau saw dengan perempuan, beliau saw bersabda:

اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Berikanlah pesan/wasiat kebaikan kepada wanita.”
(Muttafaqun ‘alaih).


Dan ini menuntut berbuat baik dalam mempergauli mereka, menghormati hak-hak mereka, memperhatikan perasaan mereka dan tidak menyakiti mereka dengan cara apapun.




Tiada ulasan:

Catat Ulasan