Majlis ke
empat belas
Nabi saw dan
kaum wanita (1):
Musuh-musuh
selalu mengatakan bahawa Islam berbuat zalim terhadap wanita, menguasainya,
menghalangi hak-haknya, menjadikannya sebagai pelayan lelaki dan sarana
kenikmatannya.
Namun
kepalsuan tuduhan ini tertolak oleh riwayat-riwayat dari Rasulullah saw dalam
memuliakan wanita dan mengangkat kedudukannya, mengikut sertakannya dalam
musyawarah, lemah lembut kepadanya, berlaku adil kepada mereka di setiap
pendirian, dan memberikan semua haknya yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Sungguhpun
bangsa arab –secara tabiatnya- sebelum Islam sangat membenci anak perempuan,
menganggapnya sesuatu yang memalukan. Sehingga sebahagian arab jahiliyah
terkenal dengan mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup. Dan al-Quran
menggambarkan hal itu dalam firman Allah swt:
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. * Ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan
ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu”.
(QS.
an-Nahl:58-59)
Para
wanita di masa jahiliyah, apabila suaminya meninggal dunia, diwarisi oleh
anak-anak dan keluarga suaminya yang wafat. Jika ingin, mereka
mengahwinkannya dengan salah seorang dari mereka dan jika ingin mereka
menghalanginya dari menikah hingga akhir hayat. Maka Islam membatalkan semua
itu dengan hukum yang disyari’atkan oleh Allah swt berupa hukum-hukum yang
adil, yang meliputi hak-hak perempuan dan laki-laki dalam batasan yang sama.
Sungguh
Nabi saw telah mengabarkan dasar persamaan wanita dan laki-laki dari sisi
kemanusiaan. Nabi saw bersabda:
إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ
“Sesungguh
para wanita adalah saudara kandung laki-laki.”
(HR.
Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi).
Di dalam
Islam, tidak ada pertarungan di antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
seperti yang digambarkan oleh musuh-musuh Islam, tetapi yang ada adalah
persaudaraan dan kesempurnaan di antara dua jenis.
Al-Quran
menetapkan masalah persamaan dalam iman, amal dan balasan, firman Allah
swt:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.
(QS.
Al-Ahzaab :35)
Dan
firman Allah swt:
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,
maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab”.
(QS. Ghafir:40)
Dan
Rasulullah swt menceritakan cintanya kepada wanita dalam sabdanya:
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ
النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِى الصَّلاَةِ
“Dan dicintakan kepadaku dari duniaku: wanita dan minyak
wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam solat.”
(HR.
Ahmad dan an-Nasa`i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Apabila
Nabi saw mencintai wanita, bagaimana mungkin beliau berbuat zalim kepadanya?
Bagaimana boleh beliau menghinakan? Dan apa mungkin beliau saw menguasainya?
Islam
menghilangkan kebiasaan membenci anak perempuan dan menguburnya hidup-hidup.
Nabi saw telah membatalkan kebiasaan yang jahat itu dan mendorong dalam
mendidik para puteri dan berbuat baik kepada mereka. Nabi saw bersabda:
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى
تَبْلُغَا, جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ –وَضَمَّ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“Barangsiapa yang mengurus dua anak perempuan hingga baligh,
nescaya ia datang pada hari kiamat, aku dan dia –dan beliau menyatukan di
antara jemarinya.”
(HR.
Muslim).
Hal itu
mengisyaratkan tinggi kedudukannya dan kedekatannya dari Nabi saw, hal itu
tidak lain kecuali kerana ia mengurus puteri-puterinya dan menjaga mereka
hingga mereka mencapai usia baligh dan mukalaf.
Dan Nabi
saw bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ,
أَوْ ثَلَاثُ أَخَوَاتٍ, أَوْ بِنْتَانِ, أَوْ أُخْتَانِ, فَأَحْسَنَ
صُحْبَتَهُنَّ, وَاتَّقَى اللهَ فِيهِنَّ, فَلَهُ الجنَّةُ” [رَواهُ الترمِذيُّ
وصحَّحه الألبانيُّ].
“Barangsiapa yang mempunyai tiga orang puteri atau dua
saudara perempuan, atau dua orang puteri, atau dua orang saudara perempuan,
lalu ia baik dalam memperlakukan mereka dan bertakwa kepada Allah pada
mereka (dalam mengurus mereka), maka untuknya adalah syurga.”
(HR.
At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Dan
sungguh Nabi saw memberikan perhatian serius terhadap pendidikan wanita, maka
beliau saw menjadikan untuk mereka satu hari yang mereka berkumpul padanya,
maka beliau mendatangi mereka dan mengajarkan kepada mereka dari sesuatu yang
diajarkan Allah swt kepadanya (HR. Muslim).
Dan Nabi
saw tidak menjadikan perempuan tertahan di dalam rumah, seperti dugaan mereka,
bahkan beliau saw membolehkan baginya keluar dari rumah untuk menunaikan keperluannya,
mengunjungi keluarganya, mengunjungi yang sakit, memperbolehkan mereka jual dan
beli di pasar asalkan disertai sifat malu dan hijab secara syarak. Dan demikian
pula beliau mengizinkan baginya keluar menuju masjid, bahkan melarang dari
menghalanginya. Beliau saw bersabda:
“لَا
تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ المسَاجِدَ” [رواه أحمد وأبوداود].
“Janganlah kamu menghalangi para wanita darimu pergi ke masjid.”
(HR.
Ahmad dan Abu Daud).
Dan
beliau saw dengan perempuan, beliau saw bersabda:
اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Berikanlah
pesan/wasiat kebaikan kepada wanita.”
(Muttafaqun ‘alaih).
Dan ini
menuntut berbuat baik dalam mempergauli mereka, menghormati hak-hak mereka,
memperhatikan perasaan mereka dan tidak menyakiti mereka dengan cara apapun.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan