Majlis ke
Dua Puluh Dua
Permulaan
Tersebarnya Islam
Nabi saw
kembali ke kota Mekah setelah mendapatkan ledekan dan olok-olokan penduduk kota
Thaif dengan dan meminta jaminan keamanan dari al-Muth’im bin ‘Adi.
Di tengah
suasana yang penuh dengan didustakan, diboikot, dan dikuasai, Allah swt ingin
meneguhkan rasul-Nya, maka Allah swt memuliakannya dengan israk dan mikraj, dan
memperlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda-Nya yang besar,
memperlihatkan kepadanya atas bukti-bukti keagungan-Nya dan ayat-ayat
kekuasaan-Nya, supaya hal itu menjadi kekuatan baginya dalam menghadapi
kekafiran dan para penganutnya.
Adapun
israk, iaitu perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil
Aqsha di Baitul Maqdis, dan kembalinya di malam yang sama.
Adapun
mikraj, iaitu naiknya Nabi saw ke dunia yang di atas, bertemu para nabi,
melihat alam ghaib. Dan padanya diwajibkan solat lima waktu.
Peristiwa
ini menjadi penyaring orang yang beriman, sungguh menjadi murtad sebahagian
orang yang telah masuk Islam, dan sebahagian pergi kepada Abu Bakar ash-Shiddiq
ra dan berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya temanmu mengaku bahawa ia telah
dijalankan di malam hari ke Baitul Maqdis. Ash-Shiddiq ra bertanya, ‘Apakah dia
mengatakan hal itu? Mereka menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, ‘Jika ia benar-benar
telah mengatakan hal itu, sungguh ia benar.” Mereka bertanya, ‘Apakah engkau
mempercayainya bahawa ia telah pergi di malam hari ke Baitul Maqdis dan datang
sebelum subuh?’ Ia berkata, ‘Ya, sesungguhnya dalam perkara yang lebih jauh
dari hal itu, aku mempercayainya dengan berita langit di pagi dan petang hari.’
Kerana itulah ia diberi nama ash-Shiddiq.
Sesungguhnya
pendustaan kaum Quraisy bagi Nabi saw dan tidak memberikan tempat baginya untuk
menunaikan risalah, membuat beliau mengarahkan dakwah kepada kabilah-kabilah
arab yang lain. Maka setelah kembalinya dari Thaif, nabi saw mulai menawarkan
dirinya kepada kabilah-kabilah di musim-musim haji, menawarkan kepada mereka
untuk memberi tempat dan menolong sehingga ia boleh menyampaikan firman Allah
swt.
Di antara
mereka ada yang menolak dengan kasar dan ada pula yang menolak dengan halus.
Dan yang paling buruk penolakannya adalah Bani Hanifah, kaum Musailamah
al-Kadzdzab.
Di antara
orang yang beliau ssaw menawarkan dirinya kepada mereka adalah golongan arab
dari Yatsrib dari kabilah Aus. Maka tatkala Nabi saw berbicara dengan mereka,
mereka mengenal sifatnya yang digambarkan oleh kaum Yahudi. Maka mereka berkata
di antara mereka, ‘Demi Allah, sesungguhnya dia adalah seorang nabi yang kaum
Yahudi memberikan ancaman kepada kita dengannya. Maka janganlah mereka
mendahului kita kepadanya.’ Maka berimanlah enam orang dari mereka yang
merupakan cikal bakal tersebarnya Islam di kota Madinah. Enam orang tersebut
adalah: As’ad bin Zurarah, ‘Auf bin al-Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin ‘Amir
bin Hadidah, ‘Uqbah bin ‘Amir, dan Sa’ad bin ar-Rabi’ radhiyallahu
‘anhum ajma’in.
Kemudian
mereka pulang setelah berjanji kepada beliau untuk bertemu kembali di tahun
akan datang.
Maka
tatkala di tahun berikutnya, di tahun ke dua belas dari kenabian, terjadilah
perjanjian ‘aqabah yang pertama. Padanya, dua belas orang lelaki melakukan
bai’at kepada Nabi saw, sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku
Khazraj. Termasuk di antara mereka lima dari enam orang yang pertama. Maka
mereka beriman di Aqabah, melakukan bai’at kepadanya atas yang dicintai berupa
iman, membenarkan, meninggalkan syirik dan maksiat, dan melakukan kebaikan,
bahawa mereka tidak mengatakan kecuali yang benar. Kemudian mereka pulang ke
kota Madinah. Lalu Allah swt menampakkan Islam padanya, dan tidak tersisa lagi
satu rumah dari rumah-rumah kota Madinah kecuali di dalamnya ada sebutan
Rasulullah saw.
Dan pada
tahun berikutnya bagi perjanjian Aqabah yang pertama, maksudnya di tahun ke
tiga belas dari kebangkitan, terjadilah perjanjian Aqabah yang kedua. Dan
padanya, datang sebagai utusan tujuh puluh orang lelaki dan dua orang
perempuan. Maka mereka masuk Islam dan melakukan bai’at di sisi Aqabah di atas
mendengarkan dan taat di saat rajin dan malas, memberikan nafkah di saat susah
dan senang, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, mereka berdiri pada
Allah swt, tidak takut pada celaan orang yang mencela, dan ancaman orang yang
menghalanginya.
Kemudian
Nabi saw meminta kepada mereka agar mengeluarkan dari mereka dua belas orang
yang terpilih, agar mereka berada di atas kaum mereka dengan apa yang ada pada
mereka. Maka mereka mengeluarkan baginya orang-orang terpilih, 9 orang dari
suku Khazraj dan 3 orang dari suku Aus. Nabi saw bersabda kepada mereka,
أَنْتُم كُفلاءُ عَلى قومِكُمْ
ككفالةِ الحواريِّينَ لِعيسَى بْنِ مَرْيمَ, وَإِني كَفِيلٌ عَلَى قَوْمِي
‘Kamu adalah pemberi jamiman terhadap kaummu, seperti jaminan
kaum Hawari bagi Isa putra Maryam, dan sesungguhnya aku adalah pemberi jaminan
terhadap kaumku.’
Kemudian
mereka pulang ke Madinah. Maka tersebarlah Islam di antara para
penduduknya, radhiyallahu ‘anhum.
Dan ini
adalah permulaan hijrah nabawiyah yang penuh berkah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan