Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 30 Ogos 2012

H 61 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 22

Majlis ke Dua Puluh Dua

Permulaan Tersebarnya Islam

Nabi saw kembali ke kota Mekah setelah mendapatkan ledekan dan olok-olokan penduduk kota Thaif dengan dan meminta jaminan keamanan dari al-Muth’im bin ‘Adi.
Di tengah suasana yang penuh dengan didustakan, diboikot, dan dikuasai, Allah swt ingin meneguhkan rasul-Nya, maka Allah swt memuliakannya dengan israk dan mikraj, dan memperlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda-Nya yang besar, memperlihatkan kepadanya atas bukti-bukti keagungan-Nya dan ayat-ayat kekuasaan-Nya, supaya hal itu menjadi kekuatan baginya dalam menghadapi kekafiran dan para penganutnya.

Adapun israk, iaitu perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, dan kembalinya di malam yang sama.
Adapun mikraj, iaitu naiknya Nabi saw ke dunia yang di atas, bertemu para nabi, melihat alam ghaib. Dan padanya diwajibkan solat lima waktu.

Peristiwa ini menjadi penyaring orang yang beriman, sungguh menjadi murtad sebahagian orang yang telah masuk Islam, dan sebahagian pergi kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra dan berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya temanmu mengaku bahawa ia telah dijalankan di malam hari ke Baitul Maqdis. Ash-Shiddiq ra bertanya, ‘Apakah dia mengatakan hal itu? Mereka menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, ‘Jika ia benar-benar telah mengatakan hal itu, sungguh ia benar.” Mereka bertanya, ‘Apakah engkau mempercayainya bahawa ia telah pergi di malam hari ke Baitul Maqdis dan datang sebelum subuh?’ Ia berkata, ‘Ya, sesungguhnya dalam perkara yang lebih jauh dari hal itu, aku mempercayainya dengan berita langit di pagi dan petang hari.’ Kerana itulah ia diberi nama ash-Shiddiq.

Sesungguhnya pendustaan kaum Quraisy bagi Nabi saw dan tidak memberikan tempat baginya untuk menunaikan risalah, membuat beliau mengarahkan dakwah kepada kabilah-kabilah arab yang lain. Maka setelah kembalinya dari Thaif, nabi saw mulai menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah di musim-musim haji, menawarkan kepada mereka untuk memberi tempat dan menolong sehingga ia boleh menyampaikan firman Allah swt.

Di antara mereka ada yang menolak dengan kasar dan ada pula yang menolak dengan halus. Dan yang paling buruk penolakannya adalah Bani Hanifah, kaum Musailamah al-Kadzdzab.

Di antara orang yang beliau ssaw menawarkan dirinya kepada mereka adalah golongan arab dari Yatsrib dari kabilah Aus. Maka tatkala Nabi saw berbicara dengan mereka, mereka mengenal sifatnya yang digambarkan oleh kaum Yahudi. Maka mereka berkata di antara mereka, ‘Demi Allah, sesungguhnya dia adalah seorang nabi yang kaum Yahudi memberikan ancaman kepada kita dengannya. Maka janganlah mereka mendahului kita kepadanya.’ Maka berimanlah enam orang dari mereka yang merupakan cikal bakal tersebarnya Islam di kota Madinah. Enam orang tersebut adalah: As’ad bin Zurarah, ‘Auf bin al-Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah, ‘Uqbah bin ‘Amir, dan Sa’ad bin ar-Rabi’ radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Kemudian mereka pulang setelah berjanji kepada beliau untuk bertemu kembali di tahun akan datang.

Maka tatkala di tahun berikutnya, di tahun ke dua belas dari kenabian, terjadilah perjanjian ‘aqabah yang pertama. Padanya, dua belas orang lelaki melakukan bai’at kepada Nabi saw, sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj. Termasuk di antara mereka lima dari enam orang yang pertama. Maka mereka beriman di Aqabah, melakukan bai’at kepadanya atas yang dicintai berupa iman, membenarkan, meninggalkan syirik dan maksiat, dan melakukan kebaikan, bahawa mereka tidak mengatakan kecuali yang benar. Kemudian mereka pulang ke kota Madinah. Lalu Allah swt menampakkan Islam padanya, dan tidak tersisa lagi satu rumah dari rumah-rumah kota Madinah kecuali di dalamnya ada sebutan Rasulullah saw.

Dan pada tahun berikutnya bagi perjanjian Aqabah yang pertama, maksudnya di tahun ke tiga belas dari kebangkitan, terjadilah perjanjian Aqabah yang kedua. Dan padanya, datang sebagai utusan tujuh puluh orang lelaki dan dua orang perempuan. Maka mereka masuk Islam dan melakukan bai’at di sisi Aqabah di atas mendengarkan dan taat di saat rajin dan malas, memberikan nafkah di saat susah dan senang, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, mereka berdiri pada Allah swt, tidak takut pada celaan orang yang mencela, dan ancaman orang yang menghalanginya.

Kemudian Nabi saw meminta kepada mereka agar mengeluarkan dari mereka dua belas orang yang terpilih, agar mereka berada di atas kaum mereka dengan apa yang ada pada mereka. Maka mereka mengeluarkan baginya orang-orang terpilih, 9 orang dari suku Khazraj dan 3 orang dari suku Aus. Nabi saw bersabda kepada mereka,

أَنْتُم كُفلاءُ عَلى قومِكُمْ ككفالةِ الحواريِّينَ لِعيسَى بْنِ مَرْيمَ, وَإِني كَفِيلٌ عَلَى قَوْمِي

‘Kamu adalah pemberi jamiman terhadap kaummu, seperti jaminan kaum Hawari bagi Isa putra Maryam, dan sesungguhnya aku adalah pemberi jaminan terhadap kaumku.’ 

Kemudian mereka pulang ke Madinah. Maka tersebarlah Islam di antara para penduduknya, radhiyallahu ‘anhum.

Dan ini adalah permulaan hijrah nabawiyah yang penuh berkah.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan