Majlis ke
Tiga Puluh Sembilan
Ampunan
Nabi saw
Allah swt
menyuruh kepada Nabi-Nya agar memberi maaf kepada manusia, firman Allah swt:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu”.
(QS. Ali
Imran :159)
Dan
firman-Nya I:
“maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhya Allah
menyukai orang-orang berbuat baik”.
(QS.
al-Maidah:13)
Maka Nabi
saw menyukai maaf dan cenderung kepada pengampunan, dan tidak memberikan
hukuman kecuali sudah menjadi kemestian. Dan cerita pemberian ampunan dalam
sejarah Nabi saw sangat banyak. Di antaranya, pemberian ampunan terhadap
penduduk Mekah setelah penaklukan yang agung.
Di
antaranya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia berkata,
‘Rasulullah
saw mengutus satu pasukan berkuda ke arah wilayah Najd, lalu datang dengan
seorang lelaki dari bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal, pemimpin
penduduk Yamamah. Maka mereka mengingatnya di salah satu tiang masjid.
Rasulullah saw keluar kepadanya seraya berkata kepadanya,
‘Apa yang ada di sisimu, wahai Tsumamah? Ia menjawab,
‘Aku mempunyai kebaikan, wahai Muhammad. Jika engkau membunuh, engkau
membunuh orang yang mempunyai darah, jika engkau memberikan nikmat, bererti
engkau memberikan kepada orang yang bersyukur, jika engkau menghendaki harta,
maka mintalah nescaya diberikan darinya apa yang engkau kehendaki.’ lalu Rasulullah saw
meninggalkannya hingga keesokan harinya, ia bertanya kepadanya,
‘Apa yang ada di sisimu wahai Tsumamah? Ia menjawab,
‘Seperti yang kukakatan kepadamu. Jika engkau membunuh, engkau membunuh
orang yang mempunyai darah, jika engkau memberikan nikmat, bererti engkau
memberikan kepada orang yang bersyukur, jika engkau menghendaki harta, maka
mintalah nescaya diberikan darinya apa yang engkau kehendaki.’ Lalu Rasulullah saw
meninggalkannya hingga keesokan harinya, ia bertanya,
‘‘Apa
yang ada di sisimu wahai Tsumamah? Ia menjawab,
‘Seperti yang kukakatan kepadamu. Jika engkau memberikan nikmat, bererti
engkau memberikan kepada orang yang bersyukur, jika engkau membunuh, engkau
membunuh orang yang mempunyai darah, jika engkau menghendaki harta, maka
mintalah nescaya diberikan darinya apa yang engkau kehendaki.’ Maka Rasulullah saw
bersabda,
‘Lepaskanlah Tsumamah.’ Lalu ia pergi ke tempat di dekat masjid, lalu
mandi, kemudian masuk masjid seraya berkata,
‘Aku bersaksi bahawa tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan
sebenarnya selain Allah saw, dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan
rasul-Nya. Wahai Muhammad, demi Allah, tidak ada di muka bumi satu wajah yang
lebih kubenci selain wajahmu. Sungguh, kini wajahmu menjadi wajah yang paling
kucintai dari semua wajah. Demi Allah, tidak ada satu agama yang paling kubenci
selain agamamu, maka kini agamamu menjadi agama yang paling kucintai. Demi
Allah, tidak ada negara yang paling kubenci selain negaramu, maka kini negaramu
menjadi negara yang paling kucintai. Dan sesungguhnya pasukanmu telah
menangkapku dan aku ingin melaksanakan umrah, bagaimana pendapatmu? Maka Rasulullah saw
memberikan kabar gembira kepadanya dan menyuruhnya melaksanakan umrah.
Maka
tatkala ia datang ke Kota Mekah, ada yang bertanya,
‘Apakah engkau telah menjadi shaba (pengikut Muhammad)? Ia menjawab,
‘Tidak, akan tetapi aku telah masuk Islam bersama Rasulullah saw, dan
demi Allah, tidak akan datang kepadamu satu biji gandum dari Yamamah kecuali
setelah mendapat izin dari Rasulullah saw.’
(Muttafaqun
‘alaih).
Perhatikanlah,
bagaimana pemberian maaf boleh merubah hati, memutar balikkan keadaan,
menerangkan dada, menghapuskan kegelapan kufur dan kesesatan syirik.
Di antara
contoh ampunan Nabi saw, pemberian ampunan kepada wanita Yahudi yang meletakkan
racun di daging kambing, ia memakannya namun tidak menelannya. Kemudian Nabi
saw membunuhnya setelah itu disebabkan terbunuhnya Bisyr bin Bara bin Ma’rur ra
yang memakannya lalu menelannya. Iapun wafat kerana pengaruh racun, maka wanita
itu dibunuh kerana terbunuhnya Bisyr ra sebagai hukum qishash.
Di antara
contoh pemberian ampunan Nabi saw, terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Jabir ra, sesungguhnya ia berperang bersama Nabi saw di arah Najd. Maka tatkala
Rasulullah saw pulang, ia pulang bersamanya. Kemudian mereka ingin melakukan
tidur siang di lembah yang terdapat banyak pohon berduri besar. Rasulullah saw
singgah dan mereka berpisah-pisah di pohon yang berduri besar dan berteduh
dengan di bawahnya. Dan Rasulullah saw istirehat di bawah pohon, lalu
menggantungkan pedangnya.
Jabir ra
berkata, ‘Kami tertidur, tiba-tiba Rasulullah saw memanggil kami, kamipun
datang. Ternyata di sisinya ada seorang arab badawi sedang duduk. Rasulullah
saw bersabda,
‘Sesungguhnya orang ini telah mengambil pedangku, sedangkan aku
tertidur, saat aku terbangun, pedang terhunus itu ada di tangannya, ia berkata
kepadaku, ‘Siapakah yang menghalangi engkau dariku? Aku menjawab, ‘Allah.’ Maka ia terduduk. Kemudian
Rasulullah saw tidak menghukumnya.‘
(HR.
al-Bukhari).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan