Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 1 September 2012

H 78 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 39

Majlis ke Tiga Puluh Sembilan

Ampunan Nabi saw

Allah swt menyuruh kepada Nabi-Nya agar memberi maaf kepada manusia, firman Allah swt:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu”.
(QS. Ali Imran :159)

Dan firman-Nya I:

“maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhya Allah menyukai orang-orang berbuat baik”.
(QS. al-Maidah:13)

Maka Nabi saw menyukai maaf dan cenderung kepada pengampunan, dan tidak memberikan hukuman kecuali sudah menjadi kemestian. Dan cerita pemberian ampunan dalam sejarah Nabi saw sangat banyak. Di antaranya, pemberian ampunan terhadap penduduk Mekah setelah penaklukan yang agung.

Di antaranya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia berkata,
‘Rasulullah saw mengutus satu pasukan berkuda ke arah wilayah Najd, lalu datang dengan seorang lelaki dari bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal, pemimpin penduduk Yamamah. Maka mereka mengingatnya di salah satu tiang masjid. Rasulullah saw keluar kepadanya seraya berkata kepadanya, 

‘Apa yang ada di sisimu, wahai Tsumamah? Ia menjawab,

‘Aku mempunyai kebaikan, wahai Muhammad. Jika engkau membunuh, engkau membunuh orang yang mempunyai darah, jika engkau memberikan nikmat, bererti engkau memberikan kepada orang yang bersyukur, jika engkau menghendaki harta, maka mintalah nescaya diberikan darinya apa yang engkau kehendaki.’ lalu Rasulullah saw meninggalkannya hingga keesokan harinya, ia bertanya kepadanya, 

‘Apa yang ada di sisimu wahai Tsumamah? Ia menjawab,

‘Seperti yang kukakatan kepadamu. Jika engkau membunuh, engkau membunuh orang yang mempunyai darah, jika engkau memberikan nikmat, bererti engkau memberikan kepada orang yang bersyukur, jika engkau menghendaki harta, maka mintalah nescaya diberikan darinya apa yang engkau kehendaki.’ Lalu Rasulullah saw meninggalkannya hingga keesokan harinya, ia bertanya,
‘Apa yang ada di sisimu wahai Tsumamah? Ia menjawab,

‘Seperti yang kukakatan kepadamu. Jika engkau memberikan nikmat, bererti engkau memberikan kepada orang yang bersyukur, jika engkau membunuh, engkau membunuh orang yang mempunyai darah, jika engkau menghendaki harta, maka mintalah nescaya diberikan darinya apa yang engkau kehendaki.’ Maka Rasulullah saw bersabda, 

‘Lepaskanlah Tsumamah.’ Lalu ia pergi ke tempat di dekat masjid, lalu mandi, kemudian masuk masjid seraya berkata,

‘Aku bersaksi bahawa tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah saw, dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Wahai Muhammad, demi Allah, tidak ada di muka bumi satu wajah yang lebih kubenci selain wajahmu. Sungguh, kini wajahmu menjadi wajah yang paling kucintai dari semua wajah. Demi Allah, tidak ada satu agama yang paling kubenci selain agamamu, maka kini agamamu menjadi agama yang paling kucintai. Demi Allah, tidak ada negara yang paling kubenci selain negaramu, maka kini negaramu menjadi negara yang paling kucintai. Dan sesungguhnya pasukanmu telah menangkapku dan aku ingin melaksanakan umrah, bagaimana pendapatmu? Maka Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepadanya dan menyuruhnya melaksanakan umrah.

Maka tatkala ia datang ke Kota Mekah, ada yang bertanya,

‘Apakah engkau telah menjadi shaba (pengikut Muhammad)? Ia menjawab,
‘Tidak, akan tetapi aku telah masuk Islam bersama Rasulullah saw, dan demi Allah, tidak akan datang kepadamu satu biji gandum dari Yamamah kecuali setelah mendapat izin dari Rasulullah saw.’
(Muttafaqun ‘alaih).

Perhatikanlah, bagaimana pemberian maaf boleh merubah hati, memutar balikkan keadaan, menerangkan dada, menghapuskan kegelapan kufur dan kesesatan syirik.
Di antara contoh ampunan Nabi saw, pemberian ampunan kepada wanita Yahudi yang meletakkan racun di daging kambing, ia memakannya namun tidak menelannya. Kemudian Nabi saw membunuhnya setelah itu disebabkan terbunuhnya Bisyr bin Bara bin Ma’rur ra yang memakannya lalu menelannya. Iapun wafat kerana pengaruh racun, maka wanita itu dibunuh kerana terbunuhnya Bisyr ra sebagai hukum qishash.

Di antara contoh pemberian ampunan Nabi saw, terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir ra, sesungguhnya ia berperang bersama Nabi saw di arah Najd. Maka tatkala Rasulullah saw pulang, ia pulang bersamanya. Kemudian mereka ingin melakukan tidur siang di lembah yang terdapat banyak pohon berduri besar. Rasulullah saw singgah dan mereka berpisah-pisah di pohon yang berduri besar dan berteduh dengan di bawahnya. Dan Rasulullah saw istirehat di bawah pohon, lalu menggantungkan pedangnya.
Jabir ra berkata, ‘Kami tertidur, tiba-tiba Rasulullah saw memanggil kami, kamipun datang. Ternyata di sisinya ada seorang arab badawi sedang duduk. Rasulullah saw bersabda, 

‘Sesungguhnya orang ini telah mengambil pedangku, sedangkan aku tertidur, saat aku terbangun, pedang terhunus itu ada di tangannya, ia berkata kepadaku, ‘Siapakah yang menghalangi engkau dariku? Aku menjawab, ‘Allah.’ Maka ia terduduk. Kemudian Rasulullah saw tidak menghukumnya.‘

(HR. al-Bukhari).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan