Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Khamis, 30 Ogos 2012

H 57 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 18

Majlis ke lapan Belas

Penjagaan Allah swt terhadap Nabi-Nya 

Firman Allah swt:

Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, bererti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia..
(QS. al-Maidah:67)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: maksudnya, sampaikanlah risalah-Ku, dan Aku menjagamu, menolongmu, menguatkanmu atas musuh-musuhmu, dan memberikan kemenangan kepadamu atas mereka. Maka janganlah engkau merasa takut dan jangan pula bersedih, tidak akan ada seorangpun  yang boleh berbuat jahat terhadapmu. Dan sesungguhnya Nabi saw sebelum turunnya ayat ini selalu dijaga.’

Di antara gambaran penjagaan Allah swt terhadap Nabi-Nya, seperti cerita yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, sesungguhnya Abu Jahal berkata,

‘Apakah Muhammad memutihkan wajahnya di belakang kamu? Maka dikatakan kepadanya, 

‘Ya.’ Ia berkata,

‘Demi Lata dan ‘Uzza, jika aku melihat hal itu nescaya aku menginjak lehernya dan sungguh aku akan mencelupi wajahnya di tanah.’ Maka ia mendatangi Rasulullah saw yang sedang solat –dia mengira- akan boleh menginjak lehernya. Ia berkata,

“Maka tidaklah ia mengejutkan mereka darinya kecuali ia mundur ke belakang dan berlindung dengan tangannya. Maka mereka bertanya-tanya kepadanya,

‘Ada apa denganmu? Ia berkata,

‘Sesungguhnya di antara aku dan dia ada parit dari api, teror (?) dan sayap-sayap.’

Maka Rasulullah saw bersabda:
لَوْ دَنَا مِنِّي لاخْتَطَفَتْهُ الملَائِكَةُ عُضْوًا عُضْوًا” [رواهُ مسلِم].

Jika ia mendekatiku nescaya malaikat akan menyambarnya sepotong-sepotong.”
(HR. Muslim).

Dan dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Abu Jahal berkata,

‘Sungguh jika aku melihat sedang solat di Kaabah, nescaya aku akan menginjak lehernya.’

Ucapan itu sampai ke telinga Nabi saw, maka beliau saw bersabda:

لَوْ فَعَلَهُ، لَأَخَذَتْهُ الملَائِكَةُ” [رَواه البُخَارِيُّ].

‘Jika ia melakukannya nescaya malaikat akan mengambilnya.”
(HR. Al-Bukhari).

Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw berperang, maka beliau saw berperang secara khusus. Maka mereka melihat kelengahan dari kaum muslimin. Maka datanglah seorang laki-laki yang bernama Ghaurats bin al-Harits, ia berdiri di atas Rasulullah saw seraya berkata,


‘Siapakah yang boleh menghalangi engkau dariku?’ Maka Nabi saw bersabda:

Allah.’ Maka jatuhlah pedang dari tangannya. Maka Nabi saw mengambilnya seraya berkata, 

‘Siapakah yang boleh menghalangi engkau dariku? Ia berkata,

Jadilah engkau sebaik-baik orang yang mengambil.’ Nabi saw bersabda,

‘Bersaksilah bahawa tidak Ilah yang berhak disembah selain Allah  dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Ia berkata,

‘Tidak, akan tetapi aku berjanji kepadamu bahawa aku tidak akan memerangimu, dan aku tidak bersama kaum yang memerangimu.’ Maka Nabi saw melepasnya. Lalu ia pulang seraya berkata:

‘Aku datang kepadamu dari sisi sebaik-baik manusia.”
(HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya).

Dan dari Anas ra, ia berkata, ‘Ada seorang laki-laki yang sebelumnya beragama Nashrani lalu masuk Islam. Dia membaca (hafal) surah al-Baqarah dan Ali ‘Imran, dan ia menulis untuk Nabi saw. Lalu ia kembali menjadi Nashrani (menjadi murtad), dan ia berkata,

‘Muhammad tidak tahu kecuali yang aku tulis untuknya.’ Lalu Allah saw mematikannya, merekapun menguburnya. Di pagi harinya, bumi telah mengeluarkannya (dari dalam kubur). Mereka berkata,

‘Ini adalah perbuatan Muhammad dan para sahabatnya, ketika ia kabur dari mereka, mereka menggali kubur teman kita lalu melemparnya. Maka mereka menggali yang lebih dalam untuknya. Di pagi harinya, bumi telah mengeluarkannya. Mereka kembali berkata,

‘Ini adalah perbuatan Muhammad dan para sahabatnya, mereka menggali kubur teman kita. Lalu mereka menggali yang lebih dalam untuk sejauh kemampuan mereka. Maka di pagi harinya, bumi kembali mengeluarkannya. Maka mereka sedar bahawa itu bukanlah perbuatan manusia, lalu mereka membuangnya.’
(HR al-Bukhari).

Di antara penjagaan Allah swt terhadap Nabi-Nya, bahawa Dia menyelamatkannya dari usaha sergapan yang direncanakan kaum Quraisy di malam hari terhadapnya. Di mana mereka sepakat bahawa mereka mengambil seorang pemuda yang kuat dari setiap kabilah. Kemudian setiap orang dari mereka diberikan pedang yang tajam. Lalu mereka menebas Rasulullah saw seperti tebasan seorang laki-laki, lalu mereka membunuhnya, dan terpencarlah darahnya di antara setiap kabilah. Maka Abu Abdi Manaf tidak boleh memerangi semua suku arab. Maka datanglah Jibril as kepada Rasulullah saw membawa perintah Allah swt. Ia menyebutkan kepadanya tentang rencana tipu daya kaum musyrikin dan menyuruhnya agar tidak tidur di tempat tidurnya pada malam itu, dan mengabarkan kepadanya bahawa Allah swt mengizinkan dia berhijrah.

Di antaranya juga: pemeliharaan Allah swt untuk nabi-Nya dari kejahatan Suraqah bin Malik, saat beliau dalam perjalanan hijrah.

Di antaranya lagi penjagaan Allah swt kepada nabi-Nya saat berada di gua Hira. Sungguh ash-Shiddiq ra berkata kepadanya,

‘Wahai Rasulullah, jika salah seorang dari mereka memandang kedua kakinya tentu ia melihat kita.’ Maka nabi saw berkata,

“يَا أَبَا بَكْرٍ! مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا”.

‘Wahai Abu Bakar, apakah sangkaanmu dengan dua orang, Allah yang ketiganya.’

Ibnu Katsir rahimahullah, ‘Di antara penjagaan Allah swt terhadap Nabi-Nya adalah menjaganya dari penduduk Mekah, para pemimpinnya, para pendengkinya, para penentangnya, serta permusuhan dan kebencian yang luar biasa, serta memeranginya siang dan malam, dengan sesuatu yang diciptakan Allah swt sebagai penyebab besar dengan kekuasaan dan hikmah-Nya yang besar. Maka Dia menjaganya di permulaan risalah dengan datuknya Abu Thalib, saat ia menjagai pemimpin yang ditaati di kalangan kaum Quraisy. Dan Allah swt menciptakan di hatinya rasa cinta alami kepada Rasulullah saw, bukan cinta kerana syari’at. Jika ia masuk Islam, nescaya orang-orang kafir dan pembesarnya melakukan tindakan berani terhadapnya. Akan tetapi tatkala adanya kesamaan di antara dia (Abu Thalib) dan mereka berupa kekafiran, mereka merasa segan dan menghormatinya.


Maka tatkala datuknya wafat, kaum musyrikin melakukan gangguan kecil. Kemudian Allah swt mendatangkan kaum Anshar, lalu mereka melakukan bai’at atas agama Islam dan beliau berpindah ke negeri mereka, iaitu Madinah. Maka tatkala beliau berada di sana, mereka menjaganya dari yang merah dan putih. Dan setiap kali salah seorang dari musyrikin dan ahli kitab ingin melakukan tindakan jahat, Allah swt memperdayanya dan mengembalikan tipudayanya atasnya.’


Tiada ulasan:

Catat Ulasan