Majlis ke
Tujuh Belas
Kesabarannya
terhadap gangguan/tekanan
Sungguhnya
Nabi saw telah menyelam di lautan dakwah, melewati padang nasihat, mendalami
medan-medan petunjuk, dan mengajak manusia untuk menyembah Allah swt saja
dan meninggalkan agama yang dianut nenek moyang mereka berupa perbuatan syirik,
kufur, menyembah berhala, berdoa kepada patung, dan menyuruh mereka
meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar, menjauhi yang diharamkan. Maka
berimanlah kepadanya dalam jumlah yang sedikit dan mayoritas masih
mendustakannya.
Sekalipun
Nabi saw dijaga oleh Allah swt dan dibela oleh pamannya Abu Thalib, namun
beliau saw tetap diganggu, dikepung, dan mendapat tekanan yang sangat berat.
Pada tahun ke tujuh dari kenabian, Nabi saw memasuki lembah (syi’b), disertai
pamannya Abu Thalib, Bani Hasyim dan Bani Muthalib, yang muslim dan kafir dari
mereka, selain Abu Lahab. Maka tatkala mereka memasuki lembah itu, kaum Quraisy
sepakat untuk memboikot mereka, tidak menerima perdamaian untuk mereka
selamanya, memutuskan perdagangan dari mereka, menghalangi rezeki mereka,
kecuali mereka mau menyerahkan Rasulullah saw untuk dibunuh. Dan mereka menulis
lembaran untuk hal itu yang mencakup perbuatan zalim ini dan mereka
menggantungnya di Kaabah. Dan setelah Nabi saw memasuki lembah itu, beliau saw
menyuruh para sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia), kerana melihat
beratnya tekanan terhadap mereka –iaitu hijrah yang kedua. Maka berhijrahlah
sekitar 83 orang laki-laki dan 18 wanita, dan ikut serta dengan mereka kaum
muslimin dari penduduk Yaman.
Nabi saw
tinggal di lembah sekitar tiga tahun dalam kondisi susah dan lapar, tidak ada
sesuatu yang sampai kepada mereka kecuali secara sembunyai-sembunyi,
sehingga mereka memakan dedaunan. Hal itu terus berlangsung hingga tahun ke
sepuluh, di mana beberapa tokoh dari suku Quraisy merobek lembaran itu. Maka
keluarlah Rasulullah saw dari lembah itu disertai orang-orang yang
menyertainya.
Di tahun
yang sama, Khadijah isteri Rasulullah saw wafat. Dan setelah wafatnya sekitar
dua bulan pamannya Abu Thalib wafat. Maka tatkala ia wafat, kaum Quraisy
melakukan berbagai gangguan terhadap Rasulullah saw yang tidak boleh mereka
lakukan semasa hidup Abu Thalib, gangguan mereka bertambah keras terhadapnya.
Di dalam
Shahihain, sesungguhnya Rasulullah saw solat di sisi Baitullah, sedangkan
Abu Jahal dan beberapa sahabatnya sedang duduk, dan seekor unta telah
disembelih pada hari sebelumnya. Maka Abu Jahal berkata, ‘Siapakah di antara
kamu yang mau mengambil isi perut unta, lalu meletakkannya di atas punggung
Muhammad apabila ia sujud? Maka bangkitlah orang yang paling celaka dari kaum
itu, lalu ia mengambilnya. Tatkala Nabi saw sujud, ia meletakkannya di antara
dua pundaknya. Maka mereka tertawa dan sebahagian mereka menoleh kepada yang
lain. Lalu datanglah Fathimah radhiyallahu ‘anha, maka ia melemparkannya,
kemudian ia mencela mereka. Maka tatkala Rasulullah saw mengangkat kepalanya,
ia mengangkat suaranya, kemudian berdoa untuk kebinasaan mereka, beliau
berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah Quraisy (tiga kali). Maka tatkala
mereka mendengar suaranya, hilanglah suara tawa dari mereka dan merasa takut
terhadap doanya. Kemudian beliau berdoa:
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَبِي
جَهْلِ ابْنِ هِشَامٍ، وَعُتْبَةَ بْنِ رَبِيعةَ، وَشَيْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ,
وَالْوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ، وَأُمَيَّةَ بْنِ خَلَفٍ، وَعُقْبَةَ بْنِ أَبِي
مُعَيْطٍ”.
“Ya Allah, binasakanlah Abu Jahal bin Hisyam, ‘Utbah bin
Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, al-Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, Uqbah bin
Abi Mu’ith.”
Ibnu
Mas’ud berkata, ‘Demi Allah yang mengutus Muhammad dengan benar, sungguh aku
melihat orang-orang yang disebutkan beliau, semuanya terbunuh di perang Badar.
Kemudian mereka diseret ke dalam sumur Badar.
Dalam
riwayat al-Bukhari, sesungguhnya Uqbah bin Abi Mu’ith memegang pundak Nabi saw
dan melipat pakaiannya di lehernya, ia mencekiknya dengan kuat. Lalu datanglah
Abu Bakar ra, ia mendorongnya seraya berkata, “Apakah engkau membunuh seseorang
yang berkata: Rabb-ku adalah Allah?
Tatkala
gangguan terhadap Rasulullah saw bertambah kuat, ia keluar menuju Thaif, namun
beliau tidak mendapatkan sambutan dari mereka selain pembangkangan, olok-olokan
dan gangguan, dan mereka melemparinya dengan batu hingga membuat kedua kakinya
berdarah. Akhirnya beliau memutuskan pulang kembali ke Mekah. Dan di tengah
perjalanan –di Qarn ats-Tsa’alib- Nabi saw mengangkat kepalanya, tiba-tiba awan
menaunginya. Beliau menoleh, ternyata malaikat Jibril as, memanggilnya seraya
berkata, “Sesungguhnya telah mendengarkan ucapan kaum engkau terhadapmu dan
tanggapan mereka terhadapmu, dan Dia telah mengutus malaikat gunung untukmu,
agar engkau menyuruhnya sesuai kehendakmu pada mereka. Lalu malaikat gunung
memanggilnya, lalu memberi salam kepadanya, kemudian berkata, “Wahai Muhammad,
sesungguhnya telah mendengar ucapan kaummu terhadapmu, aku adalah malaikat
gunung, Rabb-mu telah mengutusku kepadamu agar engkau menyuruh aku padanya
sesuai keinginanmu. Jika engkau menghendaki, aku boleh menutup atas mereka
dengan dua gunung Mekah. Maka Rasulullah saw bersabda:
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ
مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا”.
[متَّفقٌ عَلَيْهِ]
“Bahkan aku mengharapkan agar Allah mengeluarkan dari
keturunan mereka orang yang hanya menyembah Allah saja, tidak
menyekutukan sesuatu dengan-Nya.”
(Muttafaqun
‘alaih).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan