Majlis ke
Dua Puluh Tujuh
Perang
Badar Besar
Di bulan
Ramadan tahun ke dua Hijriyah, terjadi perang Badar yang besar. Dan penyebabnya
adalah Nabi SAW keluar bersama 313 orang untuk menghalangi rombongan unta yang
besar milik kaum Quraisy, saat kembali dari Syam. Abu Sufyan ra adalah pemimpin
kafilah ini dalam kondisi sangat hati-hati dan waspada. Dia selalu bertanya
kepada setiap orang yang ditemuinya tentang gerakan kaum muslimin, hingga ia
mengetahui keluarnya mereka dari kota Madinah, dan ia dekat dari Badar. Maka ia
memindah arah rombongan kafilah ke arah Barat agar melewati jalan pesisir dan
meninggalkan jalan Badar yang dipenuhi bahaya. Kemudian mengutus seorang
laki-laki mengabarkan kepada penduduk Mekah bahawa harta mereka berada dalam
bahaya dan sesungguhnya kaum muslimin telah siap menyerang kafilah mereka.
Tatkala
berita itu sampai kepada penduduk Mekah, mereka bersiap-siap untuk menolong Abu
Sufyan. Tidak ada yang tertinggal dari pemuka mereka selain Abu Lahab. Mereka
berkumpul dari semua kabilah, dan tidak ada yang tertinggal dari kabilah
Quraisy selain bani Adi.
Dan saat
pasukan ini sampai di Juhfah, mereka mengetahui selamatnya Abu Sufyan dan ia
meminta mereka kembali ke kota Mekah. Dan sebagian mereka ingin pulang, namun
Abu Jahal mendorong mereka agar terus maju berperang. Maka Bani Zuhrah pulang
dan mereka berjumlah 300 orang. Sedangkan yang lainnya meneruskan perjalanan
dan mereka berjumlah 1.000 orang pasukan, hingga mereka singgah di luar
Badar, di tempat yang luas di belakang gunung yang mengelilingi Badar.
Adapun
Rasulullah saw, ia musyawarah dengan para sahabatnya, maka ia mendapatkan dari
mereka semangat dan keteguhan untuk berjuang dan berkorban fi sabilillah. Maka
Rasulullah saw merasa senang dan bersabda:
سِيْرُوا وَأَبْشِرُوا، فَإِنَّ
اللهَ تَعَالَى قَدْ وَعَدَنِي إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ، وَاللهِ لَكَأَنِّي
أَنْظُرُ الآنَ إِلَى مَصَارِعِ الْقَوْمِ”.
“Berjalan dan bergembiralah, sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadaku salah satu dari dua golongan. Demi Allah, sekarang
seolah-olah aku melihat terjungkalnya kaum (Quraisy).
Nabi saw
maju dan singgah di dekat lembah yang rendah di Badar. Al-Habbab bin Mundzir ra
menyarankan agar maju lalu singgah di tempat paling dekat air dari pada musuh.
Di mana kaum muslimin mengumpulkan air di telaga untuk diri mereka sendiri. Lalu
membiarkan musuh tanpa mempunyai air. Maka Nabi saw menerima saran Habbab ra
dan melakukannya.
Di Malam
Jumaat, iaitu di malam perang Badar, di malam tujuh belas Ramadhan, Nabi saw
berdiri solat, menangis dan berdoa kepada Allah swt serta memohon pertolongan
kepada-Nya atas musuh-musuh-Nya.
Dalam
Musnad, dari Ali bin Abu Thalib ra, ia berkata, ‘Sungguh aku melihat kami, dan
tidak ada di antara kami kecuali tertidur kecuali Rasulullah saw di bahwa
pohon, solat dan menangis hingga subuh.
Dan
padanya juga, ia berkata, ‘Kami ditimpa hujan –maksudnya di malam Badar-, maka
kami berlindung di bawah pohon dan perisai, untuk berteduh dengannya dari
hujan. dan semalam suntuk Rasulullah saw berdoa kepada Rabb-nya dan berkata:
‘Jika
golongan ini binasa nescaya Engkau tidak disembah.’
Maka
tatkala terbit fajar, ia berseru:
‘Solat,
wahai hamba-hamba Allah.’ Maka datanglah manusia dari bawah pohon dan perisai,
lalu Rasulullah saw solat bersama kami dan mendorong manusia untuk berjuang.
Allah swt
memberikan bantuan kepada Nabi-Nya dan kaum mukminin dengan pertolongan dari
sisi-Nya dan dengan pasukan dari pasukan-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu :”Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut”. * Dan Allah tidak
menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan
agar hatimu menjadi tenteram kerananya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS.
al-Anfaal:9-10)
Dan
firman Allah swt:
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.
(QS. Ali
Imran :123)
Dan
firman-Nya:
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar,
tetapi Allah-lah yang melempar.
(QS.
al-Anfaal :17)
Maka
peperangan dimulai dengan pertarungan satu lawan satu, maka Hamzah ra membunuh
Syaibah bin Rabi’ah, Ali bin Abu Thalib ra membunuh Walid bin ‘Utbah, dan Utbah
bin Rabi’ah dari kaum musyrikin dan Ubaidah bin Haris ra dari kaum muslimin
terluka.
Kemudian
peperangan dimulai dan bertambah sengit. Allah swt memberikan bantuan kepada
kaum muslimin dengan para malaikat yang berperang di belakang mereka dan
meneguhkan hati mereka. Hanya dalam beberapa saat hingga kaum musyrikin kalah
dan berlarian mundur, diikuti oleh kaum muslimin yang membunuh dan menawan.
Dari kaum musyrikin terbunuh 70 orang, di antaranya Utbah, Syaibah, Walid bin
Uqbah, Umayyah bin Khalaf, dan putranya Ali, Hanzhalah bin Abu Sufyan, Abu
Jahal dan selain mereka. Dan yang tertawan dari mereka sejumlah 70 orang.
Di antara
hasil dari perang Badar bahawa hegemoni kaum muslim bertambah kuat dan mereka
menjadi ditakuti di Madinah dan sekitarnya dan bertambah kepercayaan mereka
kepada Allah swt. Mereka yakin bahwa Allah swt menolong hamba-hamba-Nya yang
beriman, sekalipun mereka berjumlah sedikit terhadap orang-orang kafir,
sekalipun jumlah mereka banyak. di antara hasilnya juga, sesungguhnya
menguasai keahlian dalam berperang dan mempelajari metode-metode baru dalam
berperang, mengejar, berlari, mengepung musuh dan menghalanginya dari
sebab-sebab kekuatan dan keteguhan dalam berhadapan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan