Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Sabtu, 1 September 2012

H 81 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 42

Majlis ke Empat Puluh Dua

Kemurahan Nabi saw

Adapun sifat pemurah, maka tidak ada menyamainya pada akhlak yang mulia ini. Kemurahannya meliputi semua tingkatan pemurah, yang tertinggi adalah pemurah dengan jiwa fi sabilillah, seperti dikatakan:

Pemurah dengan jiwa, jika kikir orang yang kikir dengannya
Dan pemurah dengan jiwa adalah puncak sifat pemurah

Nabi saw berkorban dengan jiwanya dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah swt. Nabi saw adalah orang yang paling dekat dari musuh dalam peperangan, dan para pemberani yang mendampinginya atau berdiri di sampingnya.
Dan Nabi saw menyumbangkan ilmunya, mengajari para sahabatnya dari ilmu yang diajarkan Allah swt kepadanya, bersemangat mengajarkan kebaikan kepada mereka, dan kasih sayang kepada mereka dalam mengajar, serta Nabi saw bersabda:

إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا” [رواه مسلمُ].

Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang memberatkan dan tidak pula memaksakan, akan tetapi dia mengutusku sebagai guru yang memudahkan”.
(HR. Muslim).

Dia saw bersabda:

إِنَّما أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الوَالِدِ أَعُلِّمُكُمْ” [رواه أحمد وأبوداود وحسنه الألبانيُّ].

“Sesungguhnya aku bagimu menempati bapak, aku mengajarimu.”
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan dihasankan oleh Syaikh al-AlBani.

Apabila ada yang bertanya kepadanya tentang satu hukum, terkadang beliau menambah jawapannya, dan ini termasuk pemurah dalam ilmu. Sebahagian dari mereka bertanya kepadanya tentang bersuci dengan air laut, maka Nabi saw menjawab:

“هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مِيَتُتُه” [رواه أحمدُ وأصحاب السُّنَنِ].

“Ia, suci airnya, halal bangkainya.” 
HR. Ahmad dan ashhabus sunan).

Adapun sifat pemurahnya dengan waktu dan lapangnya di jalan menunaikan keperluan manusia dan berusaha dalam kebaikan mereka, maka dia adalah manusia paling pemurah dalam bidang ini. dan cukuplah sebagai contoh bahawa seorang budak perempuan  mengambil tangan Rasulullah saw, maka ia pergi dengannya di tempat yang dia kehendaki dari kota Madinah untuk menunaikan hajatnya.
(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

Dan menunjukkan keagungan pemurah Nabi saw, hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw tidak pernah diminta sesuatu lalu nabi saw menjawab ‘Tidak.’
(HR, Muttafaqun ‘alaih).

Dari Anas ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw tidak pernah diminta sesuatu atas Islam kecuali nabi saw memberikannya. Ia berkata, ‘Datang seorang lelaki kepadanya, lalu nabi saw memberikan kepadanya kambing di antara dua gunung. Lalu ia pulang kepada kaumnya seraya berkata,
‘Wahai kaumku, masuk islamlah, sesungguhnya Muhammad memberi satu pemberian yang tidak takut terhadap fakir.”
(HR. Muslim).

Anas ra berkata, ‘Sungguh seorang lelaki masuk Islam tidak menghendaki sesuatu kecuali dunia, maka tidak sampai petang hari sehingga Islam lebih dicintainya daripada dunia dan segala isinya.

Dan Rasulullah saw pernah memberikan kepada Shafwan bin Umayyah  tiga ratus (300) ekor unta setelah perang Hunain, ia berkata, ‘Demi Allah, Rasulullah saw telah memberikan kepadaku apa yang dia berikan, dan sesungguhnya dia adalah manusia yang paling kubenci, maka sentiasa ia memberiku sehingga ia menjadi manusia yang paling kucintai.
(HR, Muslim).

Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw adalah manusia yang paling pemurah dengan kebaikan, dan nabi saw paling pemurah di bulan Ramadan, saat Jibril as bertemu dengannya, tadarus al-Quran kepadanya. Sungguh Rasulullah saw lebih pemurah dengan kebaikan dari pada angin kencang.’
(Muttafaqun ‘alaih).

Dari Jubair bin Muth’im ra, ia berkata, ‘Ketika Rasulullah saw bersama manusia pulang dari Hunain, orang-orang badawi bergantung dengannya, meminta kepadanya hingga memaksanya kepada samurah, ia menarik selendangnya. Maka Rasulullah saw berhenti seraya berkata, ‘Kembalikannya kepadaku selendangku, demi Allah jika aku mempunyai unta sejumlah pohon berduri ini nescaya aku membaginya di antaramu, kemudian kamu tidak mendapatkan aku sebagai orang yang kikir, tidak pembohong dan tidak penakut.’
(HR. al-Bukhari).

Pemurah adalah budi pekerti Nabi kita sejak sebelum menjadi nabi. Sesungguhnya saat turun malaikat kepadanya di Gua Hira dan nabi saw datang kepada Khadijah radhiyallahu ‘anha sambil gemetar, ia berkata kepadanya,
‘Sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak menghinakan engkau, sesungguhnya engkau menyambung tali silaturrahim, memikul yang susah, mengusahakan yang tidak ada usaha, dan menolong di atas kebenaran.”
Anas ra berkata, ‘Nabi saw tidak meninggalkan sesuatu untuk besok hari.’
(HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

Dan dari Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata, ‘Orang-orang dari kalangan Anshar meminta kepada Rasulullah saw, lalu nabi saw memberikan kepada mereka apa yang mereka minta. Kemudian mereka meminta lagi kepadanya, diapun memberi kepada mereka apa yang mereka minta. Kemudian mereka meminta lagi kepadanya, lalu nabi saw memberikan kepada mereka apa yang mereka minta, hingga apabila sudah habis apa yang ada di sisinya, ia bersabda,
“مَا يَكُونُ عِنْدِي فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ, وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطاءً هُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ [رواهُ أصْحابُ السُّننِ].

“Apa yang ada di sisiku, maka aku tidak akan menyimpangnya darimu, barangsiapa yang bersifat iffah nescaya Allah memberi sifat iffah kepadanya, barangsiapa yang merasa cukup nescaya Allah mengkayakannya, barangsiapa yang berusaha sabar nescaya Allah memberikan kesabaran kepadanya, dan tidak ada seseorang yang diberikan satu pemberian yang lebih baik baginya dan lebih luas dari pada sifat sabar.’
(HR. Ashhabus Sunan).


[1] Para ulama memakruhkan mengecup isteri bagi orang yang puasa, apabila ia tidak boleh menahan dirinya.
[2] Termasuk dalam hal itu yang menyerupai keduanya, seperti infus.
[3] Ibnu Katsir 1/493.
[4] Tafsir Ibnu Katsir (2/108-110) dengan ringkas.
([5]) مترسلاً: مرتلاً متمهلاً.
[6] Lihat: Lubabul Khiyaar fi Siratil Mukhtar hal/ 42-43.
[7] Sirah Nabawi, Ibnu Hisyam  3/174.
[8] Akhlak Nabi saw dalam al-Quran dan as-Sunnah (3/1341)
[9] Lihat: Zadul Ma’ad (3/192) dan sesudahnya, dan Lubabul Khiyar fi siratil Mukhtar hal 64,
[10] Lihat: Rahmatul Ummah hal. 125-126 dan Lubabul Khiyar hal. 59, 67, 73.
[11] Nurul Yaqin hal. 84-85.
[12] Qaidah mukhtasharah fi qitaalil kuffar wa muhadanatihim hal. 135, 136.
[13] Lihat: Nurul Yaqin hal. 85.
[14] Lihat: al-Qafa` hal 716 dan Lubabul Khiyaar hal 81-83.
[15] Sirah nabawiyah, ash-Shalabi, hal. 683-684.

[16] Lihat: al-Wafa hal. 718-720, Hazal Habib ya Muhibb hal 254, dan Shahih Sirah hal 407.



Tiada ulasan:

Catat Ulasan