Majlis ke
Empat Puluh Dua
Kemurahan
Nabi saw
Adapun
sifat pemurah, maka tidak ada menyamainya pada akhlak yang mulia ini. Kemurahannya
meliputi semua tingkatan pemurah, yang tertinggi adalah pemurah dengan jiwa fi
sabilillah, seperti dikatakan:
Pemurah dengan jiwa, jika kikir orang yang kikir dengannya
Dan pemurah dengan jiwa adalah puncak sifat pemurah
Nabi saw
berkorban dengan jiwanya dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah swt. Nabi saw
adalah orang yang paling dekat dari musuh dalam peperangan, dan para pemberani
yang mendampinginya atau berdiri di sampingnya.
Dan Nabi
saw menyumbangkan ilmunya, mengajari para sahabatnya dari ilmu yang diajarkan
Allah swt kepadanya, bersemangat mengajarkan kebaikan kepada mereka, dan kasih
sayang kepada mereka dalam mengajar, serta Nabi saw bersabda:
إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ
بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا” [رواه مسلمُ].
“Sesungguhnya
Allah tidak mengutusku sebagai orang yang memberatkan dan tidak pula
memaksakan, akan tetapi dia mengutusku sebagai guru yang memudahkan”.
(HR.
Muslim).
Dia saw
bersabda:
إِنَّما أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الوَالِدِ أَعُلِّمُكُمْ” [رواه أحمد
وأبوداود وحسنه الألبانيُّ].
“Sesungguhnya aku bagimu menempati bapak, aku mengajarimu.”
(HR.
Ahmad dan Abu Daud dan dihasankan oleh Syaikh al-AlBani.
Apabila
ada yang bertanya kepadanya tentang satu hukum, terkadang beliau menambah
jawapannya, dan ini termasuk pemurah dalam ilmu. Sebahagian dari mereka
bertanya kepadanya tentang bersuci dengan air laut, maka Nabi saw menjawab:
“هُوَ
الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مِيَتُتُه” [رواه أحمدُ وأصحاب السُّنَنِ].
“Ia, suci airnya, halal bangkainya.”
HR. Ahmad
dan ashhabus sunan).
Adapun
sifat pemurahnya dengan waktu dan lapangnya di jalan menunaikan keperluan
manusia dan berusaha dalam kebaikan mereka, maka dia adalah manusia paling
pemurah dalam bidang ini. dan cukuplah sebagai contoh bahawa seorang budak
perempuan mengambil tangan Rasulullah saw, maka ia pergi dengannya di
tempat yang dia kehendaki dari kota Madinah untuk menunaikan hajatnya.
(HR.
Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Dan
menunjukkan keagungan pemurah Nabi saw, hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin
Abdullah ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw tidak pernah diminta sesuatu lalu nabi
saw menjawab ‘Tidak.’
(HR,
Muttafaqun ‘alaih).
Dari Anas
ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw tidak pernah diminta sesuatu atas Islam kecuali
nabi saw memberikannya. Ia berkata, ‘Datang seorang lelaki kepadanya, lalu nabi
saw memberikan kepadanya kambing di antara dua gunung. Lalu ia pulang kepada
kaumnya seraya berkata,
‘Wahai kaumku, masuk islamlah, sesungguhnya Muhammad memberi satu
pemberian yang tidak takut terhadap fakir.”
(HR.
Muslim).
Anas ra
berkata, ‘Sungguh seorang lelaki masuk Islam tidak menghendaki sesuatu kecuali
dunia, maka tidak sampai petang hari sehingga Islam lebih dicintainya daripada
dunia dan segala isinya.
Dan
Rasulullah saw pernah memberikan kepada Shafwan bin Umayyah tiga ratus
(300) ekor unta setelah perang Hunain, ia berkata, ‘Demi Allah,
Rasulullah saw telah memberikan kepadaku apa yang dia berikan, dan sesungguhnya
dia adalah manusia yang paling kubenci, maka sentiasa ia memberiku sehingga ia
menjadi manusia yang paling kucintai.
(HR,
Muslim).
Dari Ibnu
Abbas ra, ia berkata, ‘Rasulullah saw adalah manusia yang paling
pemurah dengan kebaikan, dan nabi saw paling pemurah di bulan Ramadan, saat
Jibril as bertemu dengannya, tadarus al-Quran kepadanya. Sungguh Rasulullah saw
lebih pemurah dengan kebaikan dari pada angin kencang.’
(Muttafaqun
‘alaih).
Dari
Jubair bin Muth’im ra, ia berkata, ‘Ketika Rasulullah saw bersama manusia
pulang dari Hunain, orang-orang badawi bergantung dengannya, meminta kepadanya
hingga memaksanya kepada samurah, ia menarik selendangnya. Maka
Rasulullah saw berhenti seraya berkata, ‘Kembalikannya kepadaku
selendangku, demi Allah jika aku mempunyai unta sejumlah pohon berduri ini
nescaya aku membaginya di antaramu, kemudian kamu tidak mendapatkan aku sebagai
orang yang kikir, tidak pembohong dan tidak penakut.’
(HR.
al-Bukhari).
Pemurah
adalah budi pekerti Nabi kita sejak sebelum menjadi nabi. Sesungguhnya saat
turun malaikat kepadanya di Gua Hira dan nabi saw datang kepada Khadijah
radhiyallahu ‘anha sambil gemetar, ia berkata kepadanya,
‘Sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak menghinakan engkau,
sesungguhnya engkau menyambung tali silaturrahim, memikul yang susah,
mengusahakan yang tidak ada usaha, dan menolong di atas kebenaran.”
Anas ra
berkata, ‘Nabi saw tidak meninggalkan sesuatu untuk besok hari.’
(HR.
at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Dan dari
Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata, ‘Orang-orang dari kalangan Anshar meminta
kepada Rasulullah saw, lalu nabi saw memberikan kepada mereka apa yang mereka
minta. Kemudian mereka meminta lagi kepadanya, diapun memberi kepada mereka apa
yang mereka minta. Kemudian mereka meminta lagi kepadanya, lalu nabi saw
memberikan kepada mereka apa yang mereka minta, hingga apabila sudah habis apa
yang ada di sisinya, ia bersabda,
‘
“مَا
يَكُونُ عِنْدِي فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ, وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفّهُ
اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ،
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطاءً هُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ [رواهُ
أصْحابُ السُّننِ].
“Apa yang ada di sisiku, maka aku tidak akan menyimpangnya
darimu, barangsiapa yang bersifat iffah nescaya Allah memberi sifat iffah
kepadanya, barangsiapa yang merasa cukup nescaya Allah mengkayakannya,
barangsiapa yang berusaha sabar nescaya Allah memberikan kesabaran kepadanya,
dan tidak ada seseorang yang diberikan satu pemberian yang lebih baik baginya
dan lebih luas dari pada sifat sabar.’
(HR.
Ashhabus Sunan).
[1] Para
ulama memakruhkan mengecup isteri bagi orang yang puasa, apabila ia tidak boleh
menahan dirinya.
([5])
مترسلاً: مرتلاً متمهلاً.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan