Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

V 167 : ASMAUL HUSNA ( 74. AL ZOHIR )

AL ZOHIR   ( الظاهر )   ALLAH Yaa Zohir Yang Maha Nyata menegaskan kepada kita DIA nyata, dapat dilihat dan sesungguhnya hadir. Kehadira...

Jumaat, 31 Ogos 2012

H 68 Mencari Pertemuan Dengan Rasulullah Yang Mulia 29

Majlis ke Dua Puluh Sembilan

Pelajaran yang diambil dari Peristiwa Uhud

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan dalam kitab Zadul Maad beberapa hikmah yang kesudahan yang terpuji yang boleh diambil dari perang Uhud, iaitu:

Pertama, mengenalkan kepada kaum mukminin terhadap buruknya akibat perbuatan durhaka/maksiat, gagal dan perselisihan dan sesungguhnya yang menimpa mereka adalah kerana sialnya hal itu. Seperti firman Allah swt:

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan seizin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu.
(QS. Ali Imran :152)

Maka tatkala mereka merasakan akibat durhaka kepada Rasulullah saw, pertentangan dan kegagalan mereka, mereka menjadi lebih hati-hati dan waspada setelah hal itu.

Kedua, Sesungguhnya hikmah dan sunnah Allah swt pada para rasul dan para pengikut mereka telah berlalu bahawa kemenangan terkadang berada di pihak mereka dan di saat yang lain mereka merasakan kekalahan, akan tetapi kesudahan yang baik adalah untuk mereka. Sesungguhnya jika mereka selalu menang, nescaya masuklah bersama mereka orang-orang beriman dan selain mereka, dan tidak boleh dibezakan yang benar dan tidak.

Ketiga, berbezalah orang beriman yang benar dari orang munafik yang pembohong. Sesungguhnya ketika Allah swt memberikan kemenangan kepada kaum muslimin terhadap musuh mereka di perang Badar, pamor mereka naik, masuklah ke dalam agama Islam bersama mereka orang yang tidak punya iman di batinnya. Maka hikmah Allah swt menuntut untuk mencoba hamba-Nya untuk membedakan di antara yang beriman dan munafik. Maka orang-orang munafik menampakkan kepala mereka di peperangan ini dan mengungkapkan apa-apa yang mereka sembunyikan. Dan orang-orang beriman menyadari bahaawa mereka mempunyai musuh dari dalam rumah mereka sendiri, maka mereka bersiap-siap dan berhati-hati dari mereka.

Keempat, mengeluarkan penghambaan wali-wali dan golongan-Nya di saat senang dan susah, dalam perkara yang mereka suka dan benci, di saat kemenangan mereka dan kemanangan musuh terhadap mereka. Maka apabila mereka tetap taat dan menyembah dalam perkara yang mereka suka dan benci, maka mereka adalah hamba-Nya yang sebenarnya.

Kelima, sesungguhnya jika Allah swt selalu menolong mereka, memberikan kemenangan terhadap musuh di setiap peperangan, dan selalu menjadikan keteguhan terhadap musuh-musuh mereka, nescaya jiwa menjadi zalim dan menjadi tinggi, maka tidak ada yang pantas untuk memperbaiki hamba-hamba-Nya kecuali senang dan susah.

Keenam, sesungguhnya apabila Allah swt menguji mereka dengan kekalahan, tentu mereka merasa hina dan tunduk, maka mereka pantas mendapatkan kemuliaan dan kemenangan.

Ketujuh, sesungguhnya Allah swt menyediakan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman tempat (kedudukan) di negeri kemulian-Nya yang tidak boleh dicapai oleh amal ibadah mereka dan mereka tidak mungkin mencapainya kecuali dengan bala dan cubaan, maka Allah swt memberikan sebab kepada mereka yang menyampaikan mereka kepadanya berupa cubaan dan ujian.

Kelapan, dari kesihatan, kemenangan dan kekayaan sesungguhnya jiwa menjadi zalim dan cenderung kepada dunia. Hal itu merupakan penyakit yang menghalangi kesungguhannya berjalan menuju Allah swt dan negeri akhirat. Maka bila Rabb ingin memberikan kemuliaan-Nya, Allah swt memberikan cubaan dan ujian yang merupakan ubat terhadap penyakit tersebut. Maka cubaan dan ujian tersebut bagaikan doktor yang memberikan ubat yang pahit kepada yang sakit, dan jikalau Dia membiarkannya nescaya hawa nafsu akan menguasainya, hingga terjadilah kebinasaan.

Kesembilan, sesungguhnya mati syahid di sisi-Nya merupakan kedudukan tertinggi wali-wali-Nya. Para syuhada adalah orang-orang khusus dan hamba-hamba-Nya yang terdekat. Tidak ada kedudukan setelah para shidiqin kecuali syahid. Dan tidak ada jalan untuk mendapatkan darjat ini kecuali dengan takdir sebab-sebab yang membawa kepadanya berupa kemenangan musuh.


Kesepuluh, sesungguhnya apabila Allah swt ingin membinasakan musuh-musuh-Nya dan memusnahkan mereka, Allah swt menciptakan sebab-sebab yang mengakibatkan kebinasaan mereka, dan di antara penyebab terbesar setelah kekafiran mereka adalah: kezaliman dan kecongkakan mereka, melewati batas dalam menyakiti, memerangi dan membunuh para wali-Nya serta menguasai mereka. Maka hal itu menghapuskan dosa dan aib mereka. Semua itu menjadi penyebab bertambahnya sebab-sebab kebinasaan dan kehancuran musuh-musuh-Nya.




Tiada ulasan:

Catat Ulasan